18-1-1919: Dimulainya Pembicaraan Damai yang Melukai Jerman
VIVA.co.id - Hari ini, 97 tahun yang lalu, sejumlah tokoh penting dunia berkumpul di Paris, Prancis. Mereka memulai serangkaian pembicaraan yang panjang, dan negosiasi yang rumit. Namun hasil pembicaraan tersebut menjadi lonceng berakhirnya Perang Dunia I.
Kelompok sekutu yang berhasil memenangkan perang, Prancis, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Italia, akan membuat keputusan penting yang krusial, bahkan hingga enam bulan setelah pertemuan yang terjadi pada tanggal ini.
Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson, terus menyuarakan idenya untuk menciptakan "perdamaian tanpa kemenangan." Wilson juga terus memastikan, Jerman pemimpin utama blok sentral dan penderita kekalahan paling besar dalam PD I, tidak akan diperlakukan "terlalu keras."
Di sisi lain, Perdana Menteri Prancis Georges Clemencau dan Perdana Menteri Inggris David Lloyd George berpendapat sebaliknya. Bagi mereka, menghukum Jerman secara setimpal dan melemahkannya adalah hal yang tepat untuk membayar ongkos perang yang sangat besar, yang telah mereka keluarkan.
Pada akhirnya Wilson sepakat memperlakukan Jerman dengan memerintahkan untuk menekan negara itu bergabung dengan proyek bentukan mereka, sebuah organisasi penjaga perdamaian internasional yang disebut Liga Bangsa-bangsa.
Perwakilan dari Jerman dikeluarkan hingga bulan Mei. Saat mereka kembali ke Paris, mereka langsung dipresentasikan mengenai Perjanjian Versailles. Terlanjur percaya pada janji-janji Wilson, Jerman frustasi dan kecewa dengan perjanjian tersebut yang mengharuskan mereka membayar ganti rugi dan kehilangan banyak wilayah.
Lebih buruk lagi, mereka terpaksa menerima Pasal 231, yang mendesak Jerman untuk menjadi satu-satunya yang dipersalahkan dalam perang tersebut. Bagi Jerman, ini adalah pil pahit yang sangat sulit untuk mereka telan.
Perjanjian Versailles ditandatangani pada 28 Juni 1919, tepat di tahun kelima setelah peluru nasionalis Serbia mengakhiri hidup Archduke Austria Franz Ferdinand dan memicu awal Perang Dunia I.
Pada dekade yang akan datang, kemarahan dan kebencian rakyat Jerman atas perjanjian dan penggagasnya membekas luka bagi rakyat Jerman. Ekstremis seperti Adolf Hitler dengan Partai Nasional Sosialis (Nazi) memanfaatkan emosi ini untuk mendapatkan kekuasaan, sebuah proses yang nyaris mengarahkan langsung pada hal yang selama ini sangat ingin dicegah oleh Wilson, dan negosiator lain, sebuah perang besar kedua, yang bisa menghancurkan semuanya.