Bom Hidrogen vs Bom Atom, Ini Bedanya

Ledakan bom hidrogen di Enewetak, Samudera Pasifik, pada 1952.
Sumber :
  • U.S. Air Force via Reuters

VIVA.co.id - Korea Utara mengejutkan dunia pada awal tahun ini. Rabu 6 Januari 2016, tetangga Korea Selatan itu mengklaim telah sukses menguji bom hidrogen. Akibat uji coba itu, wilayah yang menjadi lokasi uji coba dilanda gempa dengan kekuatan hingga 5,1 Skala Richter.

Korea Utara pun menyebarluaskan keberhasilan uji coba itu. Pesan itu disampaikan televisi pemerintah Korea Utara dan disebarluaskan ke Korea Selatan.

Klaim Korea Utara itu pun mendapat respons dari dunia. Beberapa negara seperti Jepang dan Amerika Serikat meragukan klaim tersebut. Dunia pun dilaporkan khawatir.

Terlepas dari benar atau tidaknya pengujian bom hidrogen tersebut, diketahui kekuatan bom jenis itu sangat kuat. Bom kuat lainnya yaitu bom atom yang pernah meluluhlantakkan dua kota Jepang, yaitu Nagasaki dan Hiroshima, pada Perang Dunia II.

Diketahui, bom hidrogen dan bom atom merupakan jenis berbeda dari bom nuklir. Tapi, para ahli mengatakan bom hidrogen lebih kuat dibanding bom atom.

Dikutip dari Live Science, Jumat 8 Januari 2016, para ahli mengatakan beda kedua bom itu dimulai dari tingkat atom.

Bom atom atau disebut bom pembelahan bekerja dengan memisahkan inti atom. Saat neutron atau partikel netral dari pemisahan itu memukul inti atom terdekat, maka neutron memisah juga. Hasil dari proses ini yaitu reaksi berantai yang sangat eksplosif.

Menurut Union of Concerned Scientists, bom atom Hiroshima dan Nagasaki meledak dengan 15 kiloton dan 20 kiloton TNT.

Sementara berbeda dengan bom atom, uji coba bom hidrogen pertama kali dalam catatan sejarah dilakukan oleh Amerika Serikat pada November 1952. Saat itu, AS meledakkan 10 ribu kiloton TNT.

Bom hidrogen yang dikenal dengan sebutan bom termonuklir memulai ledakan dengan proses reaksi pemisahan yang sama pada bom atom. Tapi, pada bom atom mayoritas uranium atau plutonium sebenarnya tak digunakan. Nah dalam bom hidrogen, ada tambahan tahapan yang membuat ledakan bom ini makin besar.

Dalam proses bom hidrogen, ledakan pemicu memadatkan bola plutonium -239, yang kemudian akan menjalankan pembelahan. Di dalam lubang plutonium-239 merupakan ruangan gas hidrogen. Suhu dan tekanan tinggi yang diciptakan pembelahan plutonium-239 menyebabkan atom hidrogen menyatu.

Proses penyatuan ini merilis neutron yang akan memberikan umpan balik ke plutonium-239. Pada akhirnya proses ini akan memisah banyak atom dan meningkatkan pembelahan reaksi berantai.

Mengingat bahayanya bom nuklir tersebut, pemerintah di seluruh dunia telah menggunakan sistem pemantauan global untuk mendeteksi uji coba nuklir. Langkah ini sebagai bagian dari upaya menegakkan traktat Comprehensive Test Ban Treaty (CTBT) yang muncul pada 1996. Sistem Pemantauan Internasional CTBT di antaranya melibatkan stasiun pendeteksi infrasonik ledakan.

Dalam traktat tersebut, tercatat ada 183 penandatangan, tapi minus Amerika Serikat tidak meratifikasi traktat tersebut. Sejak traktat itu dikeluarkan, negara yang telah menguji coba nuklir yaitu Pakistan, India dan Korea Utara. (one)