Menilik Teknologi Penghasil Sapi Bobot 700 Kilogram

Menristekdikti Mohamad Nasir
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id - Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syahruddin Said mengatakan, teknlogi yang digodok LIPI dan PT Karya Anugerah Rumpin (KAR) hingga 'melahirkan' sapi dengan berat mencapai 700 kilogram hanya sebuah teknologi yang sederhana.

"Sangat standar, tidak ada yang spesial," ujar Syahruddin kepada VIVA.co.id saat kunjungan Menristekdikti bersama rombongan ke PT KAR di Bogor, Jawa Barat, Kamis, 7 Januari 2016.

Ia menjelaskan, sperma jantan dari sapi unggulan diambil, lalu dilakukan evaluasi sperma yang layak diproses dan mana sperma yang tidak layak. Kemudian dilakukan proses selanjutnya dengan memisahkan antara bakal bibit sapi jantan ataupun sapi betina. "Setelah itu kita bekukan, kapan betina siap diinseminasi," ujar Syahruddin menjelaskan.

Lalu ketika ditanyai, apakah ada suatu senyawa yang dimasukkan pada sperma, hingga bobot sapi bisa menjadi sangat berat, Syahruddin mengatakan, sperma tidak dicampuri dengan senyawa apapun, melainkan hanya dengan memilih bibit sapi jantan yang unggul saja. "Enggak ada, proven (terbukti) teknologinya. Ini sebenarnya tinggal me-manage (untuk peroleh berat sapi),” tuturnya.
 
Menurut dia, yang penting adalah bagaimana supaya sperma unggul bisa diawetkan, yaitu dengan cara membekukan dan menambahkan cairan nitrogen. "(Pengawetan) disimpan kondisi minus 160 derat celcius, ditambah nitrogen cair, dia bisa bertahan selama nitrogennya ada, sampai sapinya (pemilik sperma) meninggal, spermanya bakal masih hidup, asal ada nitrogen," ujarnya menambahkan.

Sementara, terkait pemilihan sperma sapi jantan unggul yang mereka kembangkan, diambil dari sapi jenis sumba Ongole (SO), sapi Madura dan sapi Bali.

Pada proses fertilisasi atau pembuahan, Syahruddin mengatakan, mereka saat ini hanya melakukan pembuahan pada induk yang sama jenisnya dengan jenis sperma sapi unggul. Seperti, sperma yang dikembangkan dari Sapi SO, maka betina yang disematkan adalah yang sejenis. “Jadi kita mengembangkan misal sperma sapi So, maka indukan So juga,” katanya.

Saat pembuahan bisa diatur sesuai kebutuhan. Jika ingin menghasilkan daging, maka diinseminasi bibit jantan, sementara ingin untuk sapi perah, maka bibit betina yang diinseminasi pada induk.

(mus)