Generasi Y Hanya Bertahan Selama 12 Bulan di Satu Perusahaan

Ilustrasi sok sibuk.
Sumber :
  • http://www.indotopinfo.com/

VIVA.co.id - Sebuah survei dilakukan oleh JobStreet.com dan menunjukkan sebanyak 65,8 persen responden, yang termasuk dalam Generasi Y, memilih untuk meninggalkan sebuah perusahaan, setelah bekerja selama 12 bulan.

Dikutip dari siaran pers JobStreet.com, Selasa 22 Desember 2015, survei tersebut dilakukan terhadap 3.500 responden di Desember 2015. Generasi Y adalah generasi yang lahir pada tahun awal 1980-an sampai awal 2000-an.

Bagi perusahaan, hal ini tentulah bukanlah informasi yang menyenangkan untuk diketahui.

Faktor apa saja yang membuat mereka memilih untuk pindah bekerja?

1. Tidak bahagia

Saat sudah tidak bahagia di tempat bekerjanya, satu dari lima responden menjadikan alasan tersebut untuk pindah bekerja. Merealisasikan sebuah ide, serta merasa didengar menjadi hal yang penting bagi generasi Y untuk merasa betah.

Sering kali perusahaan tidak menanggapi hal ini dengan serius. Menurut perusahaan, hal yang diutarakan oleh Generasi Y, seperti bentuk komunikasi yang birokratis ,atau memberikan kesan acuh pada bawahan seharusnya tidak dibantah.

2. Tunjangan yang lebih besar

Generasi Y mempertimbangkan faktor tunjangan kesehatan, uang transportasi, konsumsi, atau telekomunikasi untuk bertahan di satu perusahaan. Survei menyatakan, hanya satu dari tiga dari responden merasa puas dengan tunjangan yang diterima.

Apakah ini berarti Generasi Y menjadikan tunjangan besar sebagai bentuk pertimbangan untuk bertahan di sebuah perusahaan? Jawabannya adalah tidak.

Mereka merasa tidak puas, karena adanya perbedaan antara ekspetasi bentuk tunjangan yang diterima dengan realita. Perusahaan merasa bahwa pekerja dari Generasi Y tidak memiliki kompetensi yang sepadan untuk mendapatkan tunjangan yang diharapkan.

3. Lingkungan yang tidak sesuai

Fleksibilitas dalam bekerja menjadi faktor yang penting bagi Generasi Y untuk merasa ‘betah’ di satu perusahaan. Hal–hal seperti kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan di luar kantor selama komunikasi tetap berjalan, dengan keberadaan akses internet atau waktu masuk kantor, yang bisa disesuaikan, menjadi pilihan ideal bagi Generasi Y.

Dikarenakan, mereka merasa memiliki kemampuan untuk mengatur kecepatan bekerjanya, tanpa terikat pada banyak peraturan.

Sayangnya, hanya satu dari tiga responden merasa hal ini sudah diimplementasikan di tempat bekerja.

"Persepsi Generasi Y yang tidak bisa diatur dan sering membangkang, seharusnya dilihat sebagai kesempatan bagi perusahaan untuk memperkaya kinerja perusahaan dengan menggunakan ide segar," demikian kesimpulan Jobsteet.com.

Perusahaan bisa menjadikan informasi di atas sebagai acuan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan lingkungan bekerja. (asp)