Banyak Sektor Belum Berdaya Hadapi MEA
- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA.co.id - Kalangan teknokrat menilai Indonesia belum memiliki daya yang mumpuni untuk masuk ke dalam pasar bebas ASEAN yang akan diberlakukan mulai Januari mendatang.
"Dapat dikatakan, waktu untuk mempersiapkan diri sudah habis, tetapi bukan berarti kita harus tinggal diam menerima pasar kita dimanfaatkan orang lain. Di banyak sektor, faktanya kita memang belum berdaya," kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Bobby Gafur Umar, usai Seminar "Insinyur Indonesia Menghadapi MEA: Penguatan Industri Manufaktur, Migas, Minerba dan Konstruksi", seperti dikutip dari siaran persnya di Jakarta, Jumat 11 Desember 2015.
Meski begitu, itu bukan berarti kiamat bagi industri nasional. Diutarakan Bobby, Indonesia masih mempunyai kesempatan dan harus memanfaatkan segala daya untuk bersaing.
Bobby menggarisbawahi beberapa bidang yang harus sungguh-sungguh dipacu. Konstruksi, infrastruktur, dan manufaktur adalah sektor-sektor yang patut mendapat prioritas utama. Selain itu, sisi regulasi juga perlu diperbaiki, dengan melakukan penyederhanaan peraturan.
Bobby prihatin saat ini hanya 31 persen produk industri Indonesia yang memiliki daya saing di pasar ASEAN.
"Setidaknya, ini menunjukkan betapa kita sesungguhnya belum berdaya dan masih ‘setengah siap’ menghadapi MEA," ujar Bobby.
Sektor konstruksi
Bobby menambahkan, sektor lain yang harus mendapatkan perhatian luar biasa adalah konstruksi. Apalagi Indonesia memiliki banyak pengalaman dan kemampuan lebih. Keterlibatan pelaku industri kita dalam pekerjaan-pekerjaan konstruksi di Timur Tengah, Afrika dan Timor-Leste, dan juga di sejumlah negara ASEAN diyakini Bobby dapat menjadi modal berarti.
Sementara itu, percepatan pembangunan besar-besaran jaringan infrastruktur di segala lini yang kini mulai berjalan harus dikuasai oleh sebesar-besarnya pelaku lokal.
"Ini kan potensi pertumbuhan pasar yang luar biasa besar, karenanya kita tidak boleh lengah. Kontraktor dan pelaku usaha konstruksi negara ASEAN lain pasti sudah ‘mengintai’ dan siap menyerbu. Karena itu, segenap unsur khususnya pelaku usaha dan pemerintah perlu memastikan kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ucapnya.
Ia mengaggap konsep Indonesia Incorporated yang mengutamakan keterpaduan dan interkonektivitas antar institusi dan perusahaan nasional tepat untuk diterapkan di sini.
"Konsep semacam ini sudah berhasil diterapkan di Korea Selatan dan banyak negara industri lainnya," katanya.