Susi: Mau Jadi Apa Orang RI di MEA, Tukang Cuci Piring?

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA.co.id - Melonjaknya pasokan ikan dalam negeri diharapkan mampu mengubah asupan makanan dari masyarakat, yang selama ini dianggap kurang mengkonsumsi makanan bergizi. Pasalnya, asupan makanan yang tak bergizi, tentu akan mempengaruhi tingkat kecerdasan masyarakat.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan, dengan melimpahnya pasokan ikan domestik, masyarakat khususnya anak-anak bisa menikmati ikan segar yang kaya akan protein.

Menurut dia, satu dari tiga anak di Indonesia mengalami pertumbuhan tinggi badan yang tergolong lambat. "Satu dari tiga anak Indonesia itu bertubuh kontet (pendek), karena kurang protein. Jepang itu setiap tahun naik, tapi Indonesia malah kerdil. Ini memalukan. Tidak boleh," ujar Susi, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat, 11 Desember 2015.

Susi juga menyoroti kesiapan Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ia menilai, kemampuan tenaga kerja Indonesia (TKI) belum mumpuni. Menurut Susi, tenaga kerja Indonesia hanya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di 'negeri orang'. Sedangkan negara tetangga seperti Filipina, justru tenaga kerjanya lebih baik dibandingkan dengan tenaga kerja dalam negeri.

"Kita household (pembantu rumah tangga). Filipina itu housekeeping yang kerjanya terima telpon, mengatur jadwal supir, dan bersihin tempat tidur. Kita akan bersaing di MEA nanti. Mau jadi apa orang kita. Tukang cuci piring?" ujarnya.

Ia mengatakan, akar dari permasalahan ini tak lain karena kurangnya konsumsi asupan gizi yang berkualitas. Dia menegaskan, di tengah era kompetisi seperti sekarang, perbaikan dari sisi seperti ini memang perlu dilakukan. Dengan demikian, para tenaga kerja Indonesia nantinya bisa bersaing juga dengan negara lain.

"Kemampuan kita dianggap kurang cepat dan kurang tanggap. Karena masyarakat tidak sempat menikmati makanan bergizi. Kita harus perbaiki ini. Pemerintah sudah pikirkan bagaimana mengejar kualitas, bukan kuantitas."

(mus)