Menakar Kekuatan Yuan Bersanding dengan Dolar AS di Dunia
Kamis, 10 Desember 2015 - 11:53 WIB
Sumber :
- REUTERS/Truth Leem/Files
VIVA.co.id - Mata uang Tiongkok, Yuan (Renminbi) telah dimasukkan sebagai mata uang internasional oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Itu segera masuk ke keranjang Special Drawing Rights (SDR) bersama beberapa mata uang dunia lainnya.
Baca Juga :
Lalu, seberapa besar kekuatan mata uang Negeri Tirai Bambu ini setelah dijadikan mata uang internasional?
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan, dijadikannya Renminbi sebagai salah satu mata uang internasional belum akan berdampak besar setidaknya dalam satu hingga dua tahun ke depan. Apalagi, mata uang itu baru beroperasi penuh mulai Oktober 2016.
Josua mengatakan, belum stabilnya ekonomi Tiongkok menjadi satu alasan utama. Apalagi, ditambah dengan mulai membaiknya ekonomi Amerika Serikat (AS) yang diprediksi akan kembali memicu adanya currency war (perang mata uang).
"Ke depannya saya pikir itu rebalancing ekonomi Tiongkok. Dari yang sebelumnya fokus pada ekspor dan impor bahan baku, jadi konsumsi rumah tangga. Ini masih jangka panjang," ujar Josua kepada VIVA.co.id di Jakarta, Kamis 10 Desember 2015.
Menurut dia, renminbi memiliki potensi yang besar untuk menjadi mata uang seperti dolar AS. Hanya saja, diperlukan sentimen positif dari ekonomi Tiongkok sendiri. Jika fundamental ekonomi negara itu semakin membaik, Josua meyakini hal tersebut bisa terwujud.
"Ke depan kuncinya di mata uang global. Bagaimana fundamental ekonomi Tiongkok itu sendiri. Renminbi bisa dibilang sekarang sebagai posisi mata uang ketiga tertinggi. Tapi, mungkin lima tahun mendatang baru terasa," kata dia.
Senada dengan Josua, Direktur Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, mengungkapkan, sampai saat ini, belum ada satupun kajian yang memastikan bahwa renminbi akan menjadi salah satu mata uang andalan.
Sebab, menurut dia, AS dan Tiongkok memiliki keterikatan secara tidak langsung. Contohnya, setiap kebijakan moneter maupun fiskal yang diterapkan, hampir selalu mempengaruhi seluruh indikator fundamental ekonomi kedua negara tersebut.
"Ini masih penuh dengan ketidakpastian. Perkembangan dinamikanya, belum ada yang bisa memastikan apakah renminbi menjadi salah satu uang kuat dunia. Seperti dolar AS contohnya. Itu tergantung juga dari kinerja perekonomian di Tiongkok sendiri," tutur dia. (one)