Terapi Kanker ala Warsito Curi Perhatian Peneliti Jepang

Terapi kanker ala Warsito dipresentasikan
Sumber :
  • Edwar Teknologi

VIVA.co.id - Teknologi terapi kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) yang ditemukan peneliti Indonesia, Warsito P Taruno sedang disorot karena kontroversi.

Diketahui, Kementrian Kesehatan menyurati Warsito, untuk meminta dia menghentikan kegiatan pengembangan teknologi terapi tersebut. Alasannya, teknologi temuan Warsito itu belum terbukti secara ilmiah.

Di tengah kontroversi tersebut, hasil studi preklinis terapi kanker Warsito malah mencuti perhatian dalam The 19th Annual Meeting of The Society of Biotherapeutic Approach, Tokyo University of Science, Sabtu 5 Desember 2015.

Perkumpulan ilmuan ini bertujuan memfasilitasi diskusi ilmiah antara klinisi dan peneliti ilmu dasar, serta memaparkan temuan-temuan dari uji klinis terbaru.

“Kami menyampaikan hasil riset ECCT pada kultur sel dan uji hewan kanker payudara MCF-7. ECCT menyebabkan penyusutan massa tumor dengan efektifitas hingga 67-90 persen," ujar Firman Alamsyah, doktor biologi molekuler lulusan Tokyo University dalam keterangan tertulis kepada VIVA.co.id, Minggu 6 Desember 2015.

Dalam pertemuan itu, Firman menyampaikan hasil riset in vitro yang difasilitasi oleh Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor dan in vivo yang difasilitasi oleh Bimana Indomedical.

Studi in vitro dan in vivo ECCT ini menjadi satu-satunya presentasi akademis dari Indonesia.

Firman mengatakan hasil penelitian percontohan pada hewan tikus mencit, dalam 12 jam sehari selama 2 minggu tidak menunjukan perubahan histopatologis pada jaringan payudara normal, dan tidak ada perubahan kadar hemogblobin.

“Hasil studi kami sejauh ini, ECCT efektif membunuh sel kanker dan aman terhadap sel normal,” kata Firman yang mengepalai Laboratorium Biofisika CTECH Labs Edwar Teknologi.

Hasil riset ini sebelumnya juga telah dipresentasikan pada Pontianak International Conference on Advance Pharmaceutical Science and Annual Symposium of Indonesian Society for Cancer Chemoprevention (PICAPS) di Universitas Tanjungpura, pada 16 September 2015.

Sementara itu, seorang dokter yang sedang melakukan uji klinis ECCT di Osaka, Toshio Inui, menyampaikan ECCT mempunyai potensi membantu memperpanjang hidup pasien stadium lanjut yang sudah masuk paliatif.

“Contohnya kasus yg paling lama kita tangani menggunakan ECCT dikombinasi dengan imunoterapi GcMAF adalah kasus paru-paru yg sudah melebihi 1,5 tahun masih bertahan dalam kondisi baik,” ujar Inui disela pertemuan yang dihadiri 80 peneliti dan praktisi medis utamanya kanker tersebut. (ren)