21-11-1985: Mata-mata Israel Ditangkap Amerika Serikat
Sabtu, 21 November 2015 - 09:10 WIB
Sumber :
- REUTERS/Mike Segar
VIVA.co.id - 30 tahun yang lalu, Pemerintah Amerika Serikat menahan salah seorang warganya yang dituding menjadi mata-mata bagi Israel. Jonathan Jay Pollard dituduh telah menyerahkan informasi yang bersifat rahasia mengenai negara-negara Arab kepada Israel selama satu tahun.
Baca Juga :
Laman History melansir, Pollard ketika itu bekerja sebagai analis intelijen di Angkatan Laut di Suitland, Maryland. Usai diinterogasi oleh Biro Intelijen Federal (FBI), Pollard dan istrinya ketika itu, Anne mencari perlindungan ke Kedutaan Israel di Washington tetapi ditolak.
Pemerintah Israel semula membantah Pollard bekerja sebagai mata-mata untuk mereka. Malah, mereka bersikeras mengatakan Pollard bekerja untuk para pejabat nakal.
Stasiun berita BBC melansir, di tahun 1995 lalu, Israel akhirnya memberikan kewarganegaraan bagi Pollard. Dua tahun kemudian, mereka juga mengakui Pollard merupakan bagian dari agen intelijen mereka.
Sejak saat itu, Pemerintah Israel terus menyerukan kepada Negeri Abang Sam agar segera membebaskan Pollard, tetapi permintaan itu ditolak. Pollard diberikan hukuman lebih tegas karena dianggap telah memberikan informasi kepada negara sahabat.
Tetapi, perjuangan untuk membebaskan Pollard tidak sia-sia. Sebab pada Jumat kemarin, pria berusia 61 tahun itu dibebaskan secara bersyarat. Selama menjalani pembebasan bersyarat, Pollard harus tetap berada di AS selama lima tahun.
Namun, Pollard tidak menerima pembebasannya berstatus bersyarat. Oleh sebab itu, pada Jumat kemarin dia mendatangi pengadilan di New York untuk mengajukan keberatan.
Selama berada di AS, Pollard juga harus mengenakan gelang GPS di pergelangan kakinya dan harus menyerahkan data kepada petugas inspeksi di rumah dan tempatnya bekerja.
AS sebenarnya sudah ingin membebaskan Pollard sejak tahun lalu. Namun, sebagai imbal baliknya, Israel harus memberikan konsensi bagi Palestina selama pembicaraan damai berlangsung. Tetapi, belum sempat diwujudkan, negosiasi tersebut sudah gagal.
Sementara, dalam sebuah wawancara dengan sebuah media di tahun 1998 lalu, Pollard mengaku menyesal menjadi mata-mata bagi Israel. Jumlah uang yang dia terima untuk pekerjaan itu dianggap tidak sebanding dengan hukuman yang harus dia terima.
"Tidak ada yang baik dari perbuatan saya ini. Saya mencoba melayani dua pemerintahan di waktu yang bersamaan dan itu tidak berhasil," kata Pollard.
(mus)