Target Ekspor Furnitur Dipatok Rp67 Triliun
Kamis, 19 November 2015 - 09:38 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Riska Herliafifah
VIVA.co.id
- Industri furnitur merupakan salah satu industri penghasil nilai tambah tinggi dan devisa. Dalam lima tahun ke depan, ekspor industri furnitur bersama rotan ditargetkan mencapai US$5 miliar, atau setara Rp67,5 triliun.
Pada beberapa tahun sebelumnya, capaian ekspor furnitur memang membaik. Pada 2013, ekspor furnitur kayu dan rotan nasional mencapai US$1,8 miliar dan pada 2014, meningkat menjadi US$2,2 miliar.
"Furnitur Indonesia memiliki prospek cerah, kami optimis ekspor bisa menembus US$5 miliar dalam lima tahun. Ini, karena kita punya keunggulan sumber bahan baku alami yang melimpah, berkelanjutan, serta didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal," ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin, dikutip dalam keterangan tertulisnya, Kamis 19 November 2015.
Saleh menuturkan, penerapan ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015, dapat menjadi peluang bagi industri dalam negeri, khususnya industri furnitur dan kerajinan.
Baca Juga :
Untuk itu, pemerintah mendorong peningkatan daya saing industri melalui beberapa program hilirisasi, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Menurutnya, pemerintah juga mengamanan pasokan bahan baku dengan mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor bahan baku kayu diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 44 Tahun 2012 tentang Barang Dilarang Ekspor. Sementara itu, pelarangan ekspor bahan baku rotan diatur dalam Permendag No. 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan.
Kementerian Perindustrian juga melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi penerapan AEC pada 2015, baik melalui penyusunan dan implementasi SNI terhadap komoditi furnitur dan kerajinan, penerapan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI), serta melatih para perajin furnitur dan kerajinan.
Pasar Eropa-AS-China
Dia menjelaskan, pemerintah juga mengedepankan promosi untuk mempopulerkan furnitur di tingkat nasional maupun internasional.
Pada tingkat internasional, pemerintah mengikutsertakan perajin ke pameran furnitur internasional yang dilaksanakan di luar negeri untuk menembus pasar Eropa, Amerika Serikat, dan China.
Sementara itu, lanjutnya, tren furnitur dunia yang terus berubah dan berkembang menuntut perhatian tersendiri dari para pelaku industri ini.
Saleh menekankan, dibutuhkan upaya menumbuhkan kesadaran inovasi, karya kreatif furnitur baru dengan inspirasi budaya lokal.
"Pengembangan desain dan motif diharapkan mampu menyesuaikan selera pasar sebagai upaya peningkatan daya saing industri furnitur dan kerajinan nasional yang sekaligus memperluas kesempatan kerja," tuturnya. (asp)