Perubahan Iklim, 100 Juta Orang Lebih Jadi Fakir pada 2030

Tempat tinggal warga miskin di Jakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Bank Dunia mengingatkan bahaya perubahan iklim bagi kondisi sosial dan ekonomi penduduk di bumi.

Badan donor internasional ini memprediksikan perubahan iklim akan membuat lebih dari 100 juta orang pada 2030 menjadi fakir alias sangat miskin.

Dalam laporannya, Bank Dunia menuliskan jika tidak ada langkah konkret dalam penanganan perubahan iklim maka kondisi itu akan mengguncang pertanian dan meningkatkan insiden penyakit.

Dikutip dari IBTimes, Senin 9 November 2015, laporan badan ini menunjukkan pertanian akan menjadi area yang paling terdampak dari perubahan iklim. Sebab bidang ini akan mengalami kerugian hasil tanaman 5 persen pada 2030 dan makin parah sampai 30 persen pada 2080.

Laporan Bank Dunia menunjukkan, secara geografis wilayah yang perlu waspada dengan dampak sosial ekonomi perubahan iklim yaitu area di bagian Gurun Sahara, Afrika, dan Asia Tenggara. Wilayah Sahara dilabeli Bank Dunia sebagai salah satu wilayah termiskin di dunia.

"Akhir 2030 kerugian hasil tanaman bisa berarti harga makanan di bagian Gurun Sahara Afrika akan naik 12 persen lebih tinggi dari rata-rata," tulis Bank Dunia. 

Selain itu, badan itu mencatat akan muncul gejala rumah tangga miskin, yang mana harus membelanjakan sampai 60 persen pendapatan mereka untuk membeli makanan.

"Ini bisa menjadi gawat, dan melahirkan malnutrisi yang mengarah pada kenaikan pelambatan pertumbuhan di Afrika sampai 23 persen," tulis Bank Dunia.

Selanjutnya, kondisi perubahan iklim parah juga bisa meningkatkan risiko orang fakir di dunia untuk terserang dengan malaria. Hal ini dikarenakan pengelolaan air yang buruk. Maka diperkirakan nantinya ada 48 ribu kematian tambahan pada anak-anak di bawah usai 15 tahun pada 2030.

Oleh karena itu, badan yang bermarkas di Washington DC, AS itu memberikan tawaran solusi atas ancaman perubahan iklim tersebut.

Bank Dunia menawarkan solusi yang disebut 'pembangunan iklim pintar'. Konsep ini menyarankan pengukuran yang akan membantu negara di dunia untuk memastikan pembangunan dan mengurangi kemiskinan serta membiasakan warga dunia atas perubahan iklim.

Saran yang diajukan meliputi perlindungan infrastruktur sistem tanggul dan drainase serta pemulihan mangrove. Hal ini untuk mencegah munculnya banjir. Saran lainnya yaitu pengubahan regulasi penggunaan lahan untuk mencatat kenaikan permukaan laut, kesiapan menghadapi bencana dan pengenalan tanaman dan bibit ternak tahan iklim.

Badan ini mengklaim program solusi yang diterapkan di Kenya, Hunger Safety Net Program terbukti mencegah peningkatan kemiskinan akibat perubahan iklim sampai 5 persen sejak 2011.

"Sementara di Uganda, kombinasi varietas tanaman baru dan perluasan penyusuluhan meningkatkan pendapatan pertanian rumah tangga sebesar 16 persen," tulis Bank Dunia.