Bisnis Handset BlackBerry Dikhawatirkan Menuju 'Kiamat'

Blackberry Priv
Sumber :
  • PC World

VIVA.co.id - Seorang analis dari International Data Corporation (IDC) mengungkapkan bisnis handset BlackBerry terancam 'kiamat'. Padahal, belum lama ini perusahaan asal Kanada itu merilis ponsel pintar Android pertamanya, yakni Priv.

Ponsel yang diambil dari kata privacy dan privilege itu, merupakan inovasi dari BlackBerry dengan mengkombinasikan tombol fisik qwerty dengan sistem operasi Android. BlackBerry mengharapkan, kehadiran ponsel seharga US$700 itu dapat memperbaiki pangsa pasarnya di bisnis handset.

Sayangnya, upaya yang dilakukan itu terbilang terlambat. Menurut, Franciso Jeronimo, seorang analis untuk IDC, bisnis handset yang dikuasai oleh BlackBerry sudah terlanjur terjun bebas.

"Menurut saya, bahwa (kehadiran Priv) tidak akan membuat perbedaan (untuk bisnis keseluruhan). Ini sudah terlambat," ujar Jeronimo seperti dilansir dari Business Insider, Minggu 8 November 2015.

Berdasarkan data dari IDC, diketahui pangsa pasar BlackBerry hanya 0,3 persen dengan penjualan di bawah satu juta unit ponsel selama kuartal ketiga tahun 2015.

"Harusnya (Priv) telah diluncurkan 3-4 tahun yang lalu, itu yang akan membuat perbedaan," kata Jerononimo.

Nada serupa pun terucap dari seorang peneliti untuk Gartner, Roberto Cozza. Ia mengemukakan dirilisnya Priv terlambat, maka BlackBerry hanya bisa 'bernafas' di industri dengan mengandalkan bisnisnya sebagai penyedia solusi keamanan.

"BlackBerry bisa bertahan sebagai layanan dan perusahaan untuk solusi jenis nirkabel bagi korporasi. Saya pikir pada akhirnya, mereka perlu melihat yang ingin mereka lakukan dengan bisnis handset," imbuh dia.

Seperti diketahui, sejak kehadiran di industri telekomunikasi, BlackBerry cukup fenomenal karena sebagai pelopor hadirnya smartphone. Bahkan, kala itu, BlackBerry dianggap sebagai pesaing terkuat untuk berhadapan dengan Apple.

"Handset (Priv) itu cukup baik, tetapi itu tidak akan cukup untuk membujuk pembeli," kata Jeronimo.

Pernyataan analis tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya masa depan bisnis handset memang sedang diujung krisis. Pendapatan BlackBerry turun menjadi US$490 juta pada kuartal ketiga 2015, jauh di bawah perkiraan analis yang semula memperkirakan US$610 juta.

Maka solusinya, kata mereka, BlackBerry diharapkan fokus kepada salah satu bisnisnya, yakni solusi keamanan. Pasalnya, belum lama ini, BlackBerry mengakuisi Good Technology, pesaingnya. Hal itu, membuat lini BlackBerry semakin kuat di sektor solusi keamanan.

"Jika mereka tidak berhasil membalikkan tren penjualan saat ini, maka pasti menjadi akhir dari bisnis handset," ucap Jeronimo. (ren)