Pantauan Lapan: 2 Juta Hektare Lahan di Indonesia Terbakar
Senin, 2 November 2015 - 18:34 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/FB Anggoro
VIVA.co.id
- Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia diliputi persoalan kebakaran hutan dan lahan di berbagai wilayah. Kebakaran hutan ini menuntut perhatian berbagai pihak, termasuk salah satunya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Dalam persoalan itu, Lapan berkontribusi melalui penginderaan jauh untuk mengidentifikasi wilayah terdampak. Dengan demikian, Lapan terus memantau dan memberikan informasi berbasis teknologi antariksa.
Berdasarkan hasil pemantauan data penginderaan jauh, Lapan selama periode 21 Juni hingga 20 Oktober 2015, diperkirakan sebanyak 2.089.911 hektare luas wilayah Indonesia mengalami kebakaran.
"Perincian perkiraan tersebut yaitu sebanyak 618.574 hektare merupakan lahan gambut dan 1.471.337 hektare merupakan lahan non-gambut. Kebakaran terjadi di Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara, Jawa, serta Maluku," ujar Lapan dikutip dari situs resminya, Senin, 2 November 2015.
Dipaparkannya, kebakaran hutan di wilayah Sumatera seluas 832.999 hektare daerah yang terbakar. Rinciannya, mencapai 267.974 hektare merupakan lahan gambut dan 565.025 hektare merupakan lahan nongambut. Kemudian, di wilayah Kalimantan, seluas 806.817 hektare daerah yang terbakar, dengan rincian 319.386 lahan gambut dan 487.431 lahan nongambut.
Lalu, wilayah Papua, sebanyak 353.191 hektare lahan terbakar, dengan rincian 31.214 hektare lahan gambut dan 321.977 hektare lahan nongambut.
Sementara itu, untuk wilayah Sulawesi sebanyak 30.912 hektare, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 30.162 hektare, Jawa sebanyak 18.768 hektare, dan Maluku sebanyak 17.063 hektare. Daerah yang terbakar di keempat wilayah tersebut merupakan lahan nongambut.
Data estimasi dan sebaran daerah terbakar tersebut diperoleh berdasarkan data satelit penginderaan jauh selama Juni dan Oktober 2015. Data satelit yang dimaksud, yaitu data yang berasal dari Terra Modis, Terra-Aqua-Modis, SNPP-VIIRS, Landsat-8, SPOT-5, SPOT-6, dan SPOT-7.
"Kemudian, estimasi ini juga diperoleh berdasarkan integrasi analisis peta lahan gambut dari Kementerian Pertanian, peta batas administrasi kabupaten/kota dan provinsi dari BIG. Hasil pemantauan tersebut bersifat perkiraan atau estimasi," tulis Lapan.
Menurut Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Rokhis Komarudin, akurasi metode yang dibangun Lapan tersebut mencapai 75 persen.
"Pemantauan daerah terbakar yang paling kecil dapat dideteksi oleh satelit Aqua/Terra MODIS yaitu 6,22 hektare. Metode estimasi ini tidak dapat mendeteksi area terbakar pada lokasi yang selalu tertutup awan dan asap tebal," kata Rokhis. (art)