Ini Infrastruktur Gas Bumi yang Dibutuhkan RI

Ilustrasi gas bumi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
- Pembangunan infrastruktur gas bumi di Indonesia membutuhkan investasi hingga puluhan miliar dolar Amerika Serikat. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk menarik investor, antara lain, menyederhanakan perizinan dan birokrasi yang sering kali menjadi hambatan utama. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, I. G. N. Wiratmaja Puja, mengatakan, saat ini infrastruktur gas yang memadai hanya berada di beberapa daerah, yaitu Sumatera, Jawa, dan sebagian Kalimantan. Padahal, cadangan gas yang dimiliki masih sangat besar di daerah lainnya, tapi tidak bisa dimaksimalkan karena keterbatasan infrastruktur. 

"Untuk membangun infrastruktur gas di bagian barat dan timur Indonesia agar tidak hanya Pulau Jawa saja terang, kami memerlukan investasi US$22 miliar," kata Wiratmaja dalam acara "Spotlight on Indonesia" di Singapura, seperti dilansir dari situs resmi Kementerian ESDM, Kamis 29 Oktober 2015.

Dia memaparkan investasi yang dibutuhkan tersebut terdiri atas infrastruktur jaringan pipa (pipanisasi) sebesar US$8,5 miliar, liquid, dan regasifikasi sebesar US$8 miliar, fasilitas elpiji US$1 miliar, serta stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) sebesar US$400 juta, dan pembangunan kota gas sebesar US$2,5 miliar.

Pembangunan infrastruktur gas bumi pun diperlukan untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan gas bumi yang diperkirakan mencapai 9,348 mmscfd pada 2019 atau 1,1 kali lipat dari kebutuhan saat ini.

Sebagai informasi, dalam Master Plan Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi, pada 2018 diuraikan kebutuhan jaringan transmisi dan distribusi pipa gas bumi meliputi, pipa transmisi sepanjang 1.661,3 km dan pipa distribusi 843 km di Sumatera. 

Kemudian, pipa transmisi 1.654 km dan 1.224,15 km pipa distribusi di Jawa, 1.975 km pipa transmisi dan 302 km pipa distribusi di Kalimantan, pipa transmisi 854 km serta 100 km pipa distribusi di Sulawesi, pipa transmisi 1.414 km di Natuna, serta pipa distribusi 244 km di Maluku dan Papua.

"Indonesia memiliki peluang yang banyak juga, tantangan untuk membangun infrastruktur, silakan datang ke Indonesia. Saat ini, kami sedang menyelesaikan regulasi yang menarik bagi investor agar tertarik menanamkan investasinya di Indonesia," kata dia.