Jaga Posisi NPL, Kredit Korporasi Naik 12%
Rabu, 28 Oktober 2015 - 18:23 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengatakan tetap menjaga posisi Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah di level yang rendah sebesar 0,7 persen dengan rasio cadangan kerugian kredit sebesar 285,4 persen per September 2015.
Baca Juga :
"Bank mempertahankan posisi neraca yang solid dengan posisi likuiditas dan permodalan yang kuat," ujar Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja, di Hotel Kempinski Jakarta, Rabu, 28 Oktober 2015.
Jahja mengatakan, rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) tercatat sebesar 78,1 persen, sementara rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 19,2 persen di akhir September 2015.
Sementara, outstanding portofolio kredit mencapai Rp364,8 triliun per akhir September 2015 atau naik 10,3 persen dibanding tahun sebelumnya dengan segmen korporasi sebagai pendorong utama pertumbuhan.
Kredit korporasi meningkat 12 persen atau Rp13,5 triliun (year on year) menjadi Rp126,1 triliun. Kredit komersial dan UKM tumbuh Rp11,9 triliun atau 9,3 persen yoy menjadi Rp140,4 triliun, sementara kredit konsumer tumbuh Rp8,8 triliun atau 9,8 persen yoy menjadi Rp98,5 triliun.
Dalam portofolio kredit konsumer, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencatat pertumbuhan sebesar 9,5 persen kurniadi Rp58 triliun, kredit kendaraan bermotor naik 10,6 persen secara yoy menjadi Rp31,6 triliun dan kartu kredit tumbuh 8,8 persen yoy menjadi Rp8,9 triliun.
Selain itu, Jahja juga mengapresiasi kebijakan pemerintah dengan dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi berjilid untuk mendorong laju perekonomian dan menjaga stabilitas kondisi ekonomi makro.
"Kami menyambut positif komitmen pemerintah, Bank Indonesia, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan kami berharap ekonomi dapat tumbuh lebih baik. Meskipun demikan kami menyadari masih terdapat resiko kredit bermasalah yang berpotensi memberi tekanan terhadap profitabilitas bank kedepannya," tuturnya.
Dengan demikian, pihaknya turut mengawasi secara aktif terhadap kualitas aset, penyaluran kredit yang berhati-hati, penguatan posisi permodalan dan pengetatan beban operasional.
"Akan menjadi prioritas utama guna mempertahankan hasil kinerja yang positif," ujar dia. (ren)