Mengalap Berkah Raja Mataram Lewat Air Kurasan Enceh

Tradisi Nguras Enceh
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Daru Waskita

VIVA.co.id - Bertepatan dengan bulan Suro atau Muharam, hari Jumat Kliwon, 23 Oktober 2015, tradisi tradisi nguras enceh (Gentong) di Kompleks Makam Raja-raja Imogiri, Bantul, Yogyakarta kembali digelar.

Sejak pukul 09.00 WIB, ribuan warga komplek makam Raja-Raja Mataram bersiap untuk menyaksikan dan berebut air kurasan enceh yang tepat berada di depan makam yang dipercaya membawa berkah tersendiri.

Terdapat empat enceh yang dikuras, yaitu Kiai Mendung dan Nyai Siyem milik makam Raja-raja Surakarta di sebelah kiri pintu makam dan Enceh Nyai Danumurti dan Kiai Danumaya milik makam Raja Yogyakarta di sebelah kanan pintu masuk makam.

Uniknya, air enceh dibersihkan setahun sekali, yaitu setiap bulan Suro (Muharam). Keempat enceh tersebut, sampai hari ini dipercaya mendatangkan berkah dan setiap enceh memiliki sejarah khusus dari kawasan taklukan Sultan Agung (pendiri mataram).

Kiai Mendung misalnya berasal dari Istanbul, Turki. Nyai Siyem dari Siam (Bangkok, Thailand), Kiai Danumaya dari Samudera Pasai (Aceh), dan Nyai Danumurti dari Palembang.

Kurasan air ini diperebutkan oleh masyarakat. Selain itu, bunga yang ditaburkan pun menjadi rebutan masyarakat yang berkunjung. Tidak sedikit warga yang rela berebut bunga yang ada. Selain itu, ada makanan yang disediakan oleh abdi dalem yang terdiri nasi gurih, ingkung ayam, apem, dan beberapa jenis makanan lainnya yang diletakkan dalam sebuah wadah kecil.

Gandung (32) warga Bantul mengaku setiap tahun mendatangi makam yang berada di perbukitan imogiri untuk mengikuti tradisi. "Hampir setiap tahun saya datang," katanya.

Tidak hanya dari Yogyakarta, seorang warga Bandung, Jawa Barat, Yuli Sulistiyowati mengaku setiap tahun menyempatkan datang ke makam imogiri saat tradisi nguras enceh. "Untuk ngalap berkah,"katanya.

Sementara itu, salah seorang abdi dalem kraton, Mas Lurah Jogo Wasito, mengatakan, ngisi Enceh adalah tradisi ritual tahunan yang selalu dilaksanakan setiap hari Jumat Kliwon, atau Selasa Kliwon pada bulan Sura sistem penanggalan Jawa. "Ini tradisi turun temurun yang harus tetap dijaga,"katanya.

Namun, mengenai apakah air tersebut membawa berkah, dia mengaku menyerahkan kepada masing-masing. "Kalau masalah itu (membawa Berkah) kembali ke masing-masing orangnya," katanya.

Satu hari sebelumya berlangsung kirab siwur menuju lokasi ngurah enceh. Tradisi inipun menjadi daya tarik wisata. (asp)