UGM Perkenalkan Teknologi I-wows sebagai Solusi Kabut Asap
Rabu, 7 Oktober 2015 - 10:06 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memperkenalkan teknologi yang disebut Integrated water ground fire wetland system (I-wows). Teknologi itu diklaim dapat menjadi solusi untuk mengantisipasi kebakaran hutan, terutama lahan gambut, yang menyebabkan kabut asap, seperti di Sumatera dan Kalimantan.
Baca Juga :
Teknologi itu hasil rancangan empat mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM, yakni Dirga Permata Jumas, Dian Arief Risdiyanto, Aeina Desy Rachmawati, dan Lita Yunitasari. Mereka membangun teknologi itu seorang Dosen Kimia, Dr Nurul Hidayar Aprilita.
Dirga Permata, ketua kelompok perancang, menjelaskan cara kerja secara umum I-wows. Teknologi itu memanfaatkan keberadaan sungai ada di sekitar lahan gambut. Air sungai kemudian diangkat lewat pompa yang menggunakan energi dari panel surya. Air lalu dialirkan ke tangki nanopartikel.
“Pada tangki nanopartikel ini mengandung zeolit yang dinilai ampuh dalam memadamkan api lebih cepat,” kata Dirga di Yogyakarta, Rabu, 7 Oktober 2015.
Dia mengaku telah meneliti sebab-sebab kebakaran lahan gambut, yang termasuk dalam tipe kebakaran bawah (ground fire). Kalau terjadi kebakaran, api berbentuk seperti kantung asap. Sumber titik api berada di bawah lapisan permukaan gambut. Untuk mengetahui apabila terjadi kebakaran di lapisan bawah, para mahasiswa itu menggunakan sensor temperatur dan kelembapan.
“Jika sensor ini mendeteksi panas pada lapisan ground fire, secara otomatis alat pemadam akan bekerja untuk mematikan api,” katanya.
Tangki nanopartikel, kata Dirga, dipasang di dua lokasi, yakni di pinggir sungai dan di permukaan gambut. Adapun tangki nanopartikel di permukaan gambut tertintegrasi dengan sumur bor. Sementara pompa air yang mengandung nanopartikel zeolite dipasang di bibir sungai lalu dialirkan lewat pipa di dalam ground fire.
Di tempat yang sama, Dr Nurul Hidayat, dosen pembimbing dari penelitian itu, mengatakan tim mahasiswa sengaja memilih bahan zeolit untuk dimasukkan dalam tangki nanopartikel. Zeolit semacam lempung dalam ukuran nano dipasang pada tangki. Gunanya memadamkan api. Caranya, zeolit-CO2 dialirkan menuju ground fire yang kemudian CO2 dilepas dari kerangka zeolit dan memadamkan ground fire.
“Api bisa padam dan CO2 terdegradasi,” ujarnya.
Lita Yunitasari, seorang anggota tim, menjelaskan bahwa ide untuk mengatasi kebakaran lahan gambut dengan sistem irigasi nanopartikel terintegrasi sensor itu bermula dari keprihatinan mereka melihat lahan gambut yang rentan terbakar. Padahal apabila terjadi kebakaran, ground fire menyebar secara masif dan sulit terdeteksi.
“Akhirnya kita memilih sistem irigasi nanopartikel yang terintegrasi sensor untuk mencegah dan sebagai pemadam kebakaran hutan,” katanya.