DPR Dukung TNI AL Beli Kapal Selam Rusia
Selasa, 29 September 2015 - 16:15 WIB
Sumber :
- Reuters/Yuri Maltsev
VIVA.co.id - Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, Sukamta, memastikan komisinya akan mendukung rencana tentara Nasional Indonesia membeli dua kapal selam kelas kilo dari Rusia. Ia berharap rencana pembelian dua kapal selam dari negara beruang merah ini sudah melalui analisis yang matang pihak TNI.
"Yang harus dipastikan adalah soal ukurannya, apakah sesuai untuk wilayah laut Indonesia, terlalu besar atau tidak? Termasuk juga perawatannya. Perlu dipastikan juga suku cadangnya mudah. Jangan sampai kita beli alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang kurang cocok untuk kebutuhan pertahanan laut kita," katanya saat dihubungi, Selasa 29 September 2015.
Indonesia harus belajar dari pengalaman masa lalu, di mana peralatan perang canggih milik TNI seperti pesawat F-16 yang sulit dioperasikan saat negara kita di embargo. "Jangan sampai seperti macan ompong, terlihat canggih, menakutkan tapi tidak berguna,” katanya.
Sebagai bentuk nyata terhadap modernisasi alusisi TNI Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjelaskan DPR telah menyetujui kenaikan anggaran yang diajukan Panglima TNI. Dimana pembelian berbagai peralatan canggih menjadi bagian dari pengajuan anggaran tersebut.
“Rencana pemerintah ingin beli kapal selam Kelas Kilo dari Rusia ini kita dukung semangatnya. Ini juga terlihat dari usulan anggaran tambahan TNI sebesar Rp. 35 triliun tempo hari, di mana usulan anggaran tambahan untuk TNI AL adalah sekitar Rp. 14.5 triliun, ini nominal terbesar dibanding TNI AD dan TNI AU," katanya.
Adanya perbedaan komposisi anggaran antar matra ini menurutnya sesuatu yang wajar. Sehingga perbedaan anggaran antara TNI AL dengan TNI AD maupun TNI AU sesuai dengan kebutuhan dan tidak akan menimbulkan friksi.
"Indonesia ini negara maritim. Sekitar 70% wilayahnya adalah laut. Jadi memang keamanan di laut harus juga diprioritaskan. Jadi semangatnya ini yang kita dukung, karena kita semua ingin memiliki kekuatan pertahanan di laut yang mumpuni dan disegani," katanya.
Selain itu ancaman terbesar saat ini muncul dari kawasan laut China Selatan, di mana eskalasi yang berada di beranda Indonesia kecenderungan memanas. (ren)
Baca Juga :
"Yang harus dipastikan adalah soal ukurannya, apakah sesuai untuk wilayah laut Indonesia, terlalu besar atau tidak? Termasuk juga perawatannya. Perlu dipastikan juga suku cadangnya mudah. Jangan sampai kita beli alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang kurang cocok untuk kebutuhan pertahanan laut kita," katanya saat dihubungi, Selasa 29 September 2015.
Indonesia harus belajar dari pengalaman masa lalu, di mana peralatan perang canggih milik TNI seperti pesawat F-16 yang sulit dioperasikan saat negara kita di embargo. "Jangan sampai seperti macan ompong, terlihat canggih, menakutkan tapi tidak berguna,” katanya.
Sebagai bentuk nyata terhadap modernisasi alusisi TNI Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjelaskan DPR telah menyetujui kenaikan anggaran yang diajukan Panglima TNI. Dimana pembelian berbagai peralatan canggih menjadi bagian dari pengajuan anggaran tersebut.
“Rencana pemerintah ingin beli kapal selam Kelas Kilo dari Rusia ini kita dukung semangatnya. Ini juga terlihat dari usulan anggaran tambahan TNI sebesar Rp. 35 triliun tempo hari, di mana usulan anggaran tambahan untuk TNI AL adalah sekitar Rp. 14.5 triliun, ini nominal terbesar dibanding TNI AD dan TNI AU," katanya.
Adanya perbedaan komposisi anggaran antar matra ini menurutnya sesuatu yang wajar. Sehingga perbedaan anggaran antara TNI AL dengan TNI AD maupun TNI AU sesuai dengan kebutuhan dan tidak akan menimbulkan friksi.
"Indonesia ini negara maritim. Sekitar 70% wilayahnya adalah laut. Jadi memang keamanan di laut harus juga diprioritaskan. Jadi semangatnya ini yang kita dukung, karena kita semua ingin memiliki kekuatan pertahanan di laut yang mumpuni dan disegani," katanya.
Selain itu ancaman terbesar saat ini muncul dari kawasan laut China Selatan, di mana eskalasi yang berada di beranda Indonesia kecenderungan memanas. (ren)