Infrastruktur Diyakini Percepat Pertumbuhan Ekonomi
Selasa, 29 September 2015 - 11:05 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
- Semangat pemerintah untuk habis-habisan memacu pengembangan infrastruktur, mendapat apresiasi dari banyak kalangan.
Mereka optimistis, percepatan pembangunan infrastruktur di segala sektor dapat mendorong percepatan ekonomi domestik. Pada akhirnya secara nyata dapat menyejahterakan masyarakat di semua lini, dari perkotaan hingga pedesaan, dari wilayah barat hingga timur Indonesia.
Dalam jangka pendek, infrastruktur domestik yang andal akan meningkatkan Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia, yang akan berdampak sangat positif bagi pertumbuhan arus modal dan investasi ke dalam negeri.
“Sudah pasti, kalau Global Competitiveness Index Indonesia bisa kita tingkatkan, daya saing akan naik juga. Nantinya, investasi akan tumbuh. Ekonomi domestik akan terpacu,” kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Bobby Gafur Umar, usai acara pembukaan Makassar Infrastructure Summit, di Makassar, Sulawesi Selatan, seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 29 September 2015.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadi Mulyono, saat pembukaan acara tersebut menekankan lagi pentingnya Indonesia berupaya keras meningkatkan GCI.
Basuki mengatakan, infrastruktur yang andal adalah salah satu komponen sangat penting dalam upaya peningkatan GCI.
“Salah satu cara meningkatkan indeks daya saing kita adalah dengan menumbuhkan konektivitas antarwilayah. Nah, konektivitas itu hanya bisa diciptakan, jika kita bisa bangun infrastruktur yang andal, yang terkoneksi antarwilayah,” kata Basuki.
Mengutip hasil sebuah kajian, Basuki mengatakan, 74,3 persen masyarakat Indonesia yakin akan pembangunan infrastruktur yang digenjot pemerintah saat ini mampu meningkatkan pertumbuhan wilayah.
Sementara itu, 64,6 persen masyarakat Indonesia yakin bahwa pembangunan infrastruktur yang tengah dipacu pemerintah mampu mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah barat dan timur Indonesia.
“Kalau kita tidak berusaha dan kerja keras, indeks daya saing bisa lebih rendah dari Timor Leste. Kita harus waspada. Jangan sampai itu terjadi,” katanya.
Basuki melanjutkan, pemerintah telah mencanangkan pembangunan 35 wilayah pengembangan strategis, termasuk di wilayah timur Indonesia. Di antaranya, sektor pariwisata, industri, dan jaringan pelabuhan.
Dia optimistis, rencana pengembangan infastruktur yang disusun oleh pemerintah akan dapat terwujud.
Sementara itu, Bobby mengatakan, wilayah timur Indonesia memang masih sangat membutuhkan infrastruktur yang andal.
“Kami di Persatuan Insinyur Indonesia mendorong agar proyek-proyek infrastruktur di wilayah ini terus dipacu. PII selama ini terus memfasilitasi agar penelitian dan pengembangan infrastruktur energi di Indonesia dapat terus berlangsung dan menciptakan terobosan-terobosan,” ujarnya.
Peran insinyur Indonesia
Infrastruktur jalan tol yang menjadi salah satu elemen penting dalam menciptakan konektivitas yang terpadu antarwilayah di Indonesia, menurut Basuki, juga akan dapat diwujudkan sesuai rencana.
Dia menjelaskan, pemerintah meyakini berbagai proyek infrastruktur, seperti jalan tol, dapat berjalan lancar. Kemungkinan hambatan berupa pembebasan lahan dan pembiayaan segera diatasi dan diselesaikan.
Baca Juga :
Dengan demikian, ujarnya, infrastruktur dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah yang terdapat proyek tersebut.
"Kami dengan Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara) selalu koordinasi, rapat dua minggu sekali. Kemarin, rapat untuk percepatan pengadaan lahan Tol Trans-Sumatera, karena masih ada beberapa lahan belum bebas. Namun, sampai saat ini, tidak ada masalah," kata Bobby.
Dia menambahkan, para ahli teknik Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dapat memainkan peran strategis dalam ikut membantu pemerintah menyukseskan pembangunan infrastruktur.
Bobby menjelaskan, pemerintah sudah mematangkan rencana pembangunan 49 waduk. “Sebanyak 16 waduk lagi sedang dalam penyelesaian,” katanya.
Semua waduk tersebut, menurut dia, juga belum mencukupi. “Baru memenuhi 16 persen dari kebutuhan waduk nasional,” ujarnya.
Dia mengimbau kalangan insinyur berperan lebih aktif. “Insinyur lah yang harus bertanggung jawab penuh atas hasil karya fisik infrastruktur. PII harus melanjutkan tugas-tugas pembinaan terhadap para anggotanya," tuturnya.