Pelajaran dari Wahyu Cakraningrat
Senin, 14 September 2015 - 17:49 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Penyerahan tokoh wayang Arjuna oleh pimpinan fraksi partai Nasdem MPR RI Fadholi kepada ki dalang Joko Hadiwijoyo menjadi penanda dimulainya Pagelaran Seni Budaya Wayang Kulit dalam rangka sosialisasi empat pilar MPR yang diselenggarakan di Alun-alun Kabupaten Kendal Jawa Tengah, Kamis 11 September 2015. Pada kesempatan itu Joko Hadiwijoyo atau yang dikenal dengan Joko Edan itu mementaskan lakon Wahyu Cakraningrat.
Lakon Wahyu Cakraningrat menceritakan tiga kesatria yang berusaha mencari wahyu cakraningrat. Namun keinginan mendapatkan wahyu Cakraningrat tidaklah mudah. Orang yang bisa mendapatkan wahyu cakraningrat harus memiliki berbagai persyaratan. Antara lain, jujur, bisa ditauladani, bisa memberikan rasa tentram serta amanah dan peduli lingkungan.
Setelah bersusah payah, ketiganya berhasil mendapatkan wahyu cakraningrat. Namun, hanya satu yang bisa menguasai wahyu cakraningrat, sehingga wahyu cakraningrat itu pun melebur dalam jiwa raganya. Sedang dua lainnya tidak kuat sehingga wahyunya pergi.
Saat memberikan sambutan sebelum membuka pagelaran wayang tersebut, Drs. Fadholi berharap para pemimpin seharusnya mengambil pelajaran dari wahyu cakraningrat. Kalau tidak niscaya masyarakat akan meninggalkan.
Sementara Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga MPR RI Drs. Purwadi dalam sambutannya menegaskan pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan MPR bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal murni merupakan acara sosialisasi. Kegiatan tersebut dilakukan terlepas dari rencana pelaksanaan pilkada serentak Desember nanti.
"Kepada kawan-kawan pres, sekali lagi acara ini tidak ada kaitannya dengan Pilkada. Wayang digunakan sebagai sarana sosialisasi sejak dulu, karena disukai masyarakat. Karena itu MPR memakainya untuk sosialisasi Empat Pilar,” kata Purwadi.
Pegelaran wayang kulit di Kabupaten Kendal ini berhasil menyedot banyak pengunjung. Sejak sore, alun-alun Kabupaten Kendal terlihat lebih semarak dibanding biasanya. Sore itu di tengah alun alun berdiri dengan megahnya sebuah panggung berukuran besar lengkap dengab seperangkat gamelan yang biasa dipakai mengiringi pementasan wayang. Pada saat yang sama, satu persatu pedagang kaki lima mulai berdatangan. Saat senja makin gelap jumlah mereka pun terus bertambah.
Baca Juga :