Frekuensi Tambahan Dibutuhkan Dua Tahun Lagi

Ilustrasi 4G LTE
Sumber :
  • cnmeonline.com
VIVA.co.id
- Operator telekomunikasi di Indonesia sudah pasti akan serentak menggelar layanan 4G LTE pada November setelah proses refarming selesai. Dalam kurun dua tahun ke depan, penggunaan teknologi ini diperkirakan membeludak.


Hal ini diyakini
Chief Executive Officer
(CEO) PT Indosat Tbk, Alexander Rusli. Menurut Alex, saat itulah kesiapan operator dan pemerintah diuji. Salah satu solusinya dengan menyiapkan spektrum tambahan.


"Sekarang, yang pakai memang masih sedikit. Tapi ke depan, bagaimana jika banyak yang mengonsumsi. Nah
, itu butuh frekuensi tambahan. Diperkirakan itu akan terjadi dua tahun lagi," kata Alex, usai diskusi di Jakarta, Kamis 10 September 2015.

Menurut Alex, sebagai operator, Indosat lebih memilih untuk menggunakan frekuensi tambahan dalam menanggulangi membeludaknya konsumsi LTE. Hal ini dikarenakan prosesnya lebih efisien.

"Lebih murah tambah frekuensi. Pilihannya sebenarnya hanya ada dua, nambah site atau frekuensi. Kalau nambah site, kami buat jaringan lebih rapat, lebih banyak BTS, lebih banyak
tower
. Itu
cost
-nya besar, lebih efisien tambah frekuensi," papar Alex.

 

Executive
Director Strategy and Business Development
Ericsson, Rustam Effendi, idealnya di dunia, frekuensi yang digunakan untuk tambahan spektrum itu menargetkan frekuensi 2600 MHz. Sayangnya di Indonesia, spektrum tersebut telah digunakan untuk komunikasi satelit.


"Di dunia itu, kebanyakan pakai 2600. Di Indonesia, itu sudah untuk satelit, jadi beralih ke 2300 (2,3 GHz). Tapi, pada dasarnya, LTE bisa diterapkan di semua frekuensi, mulai dari 900, 1800 sampai 2600 sekalipun. Masalahnya,
handset
-nya mendukung atau tidak," ujar Rustam.


Menurut Rustam, penggunaan LTE akan mencapai puncaknya pada akhir tahun. Ini seiring dengan mulai beroperasinya teknologi tersebut di frekuensi 1800 MHz. Alex pun mengatakan jika 1800 memang menjanjikan untuk teknologi tersebut karena menyediakan
speed
yang lebih cepat. 


Alex meyakini, dengan investasi yang tidak sedikit dan persiapan selama lebih dua tahun, operator sudah siap untuk LTE. Namun, jika tidak didukung dengan ekosistem handset, nasib 4G akan sama dengan 3G.


"Teknologi tinggal on. Tapi, jangan operator terus yang digenjot, vendor ponsel juga harus bergerak cepat. Jangan sampai investasi jaringan yang tidak sedikit sudah dilakukan operator, namun nyatanya tidak didukung dengan pasokan perangkatnya," ujar Alex. (art)