Dolar Amerika Meroket, Warga Beralih ke Buah Lokal
- Tasya Paramitha/VIVA.co.id
VIVA.co.id - Nilai rupiah yang terus terpuruk terhadap dolar Amerika hingga menembus Rp14 ribu berdampak pada harga buah impor yang dijual oleh pedagang buah di Yogyakarta.
Harga yang terpengaruh signifikan akibat rontoknya nilai rupiah adalah jenis anggur Amerika dari harga Rp50 ribu perkilogramnya menjadi Rp65 ribu. Harga kelengkeng Thailand dari harga Rp18 ribu naik menjadi Rp25 ribu perkilogramnya.
"Hampir semua buah impor khususnya yang bukan impor dari China mengalami kenaikan. Untuk buah impor dari China harganya masih relatif stabil seperti harga buah naga Rp30 ribu perkilogramnya, anggur hijau Rp70 ribu perkilogramnya," kata Jaelani (23) pemilik toko buah di Bantul, Yogyakarta, Rabu, 26 Agustus 2015.
Ia mengatakan, naiknya harga buah impor tersebut menyebabkan permintaan buah impor menurun hingga 20 persen seperti apel, anggur yang di impor dari China.
"Pembeli mengalihkan ke buah-buah produksi lokal seperti jeruk, mangga, apel Malang," ujarnya menambahkan.
Meningkatnya permintaan buah lokal kata Jaelani juga mendongkrak harga buah lokal sepert apel Malang yang sebelumnya hanya Rp21 ribu menjadi Rp25 ribu perkilogram.
Harga jeruk kualitas baik dari sebelumnya kurang dari Rp10 ribu perkilogram menjadi di atas Rp10 ribu.
"Yang paling terasa adalah harga buah apel Malang yang naik signifikan karena apel Amerika harga sudah cukup tinggi," ujarnya.
Jaelani menambahkan, kenaikan tersebut bukan hanya pengaruh harga dolar yang naik tapi juga daya beli masyarakat yang menurun.
"Saat libur Lebaran tahun 2014 yang lalu omset penjualan buah mencapai Rp90 juta namun Lebaran tahun 2015 hanya Rp82 juta. Padahal buah yang dijual lebih banyak buah impor di saat libur Lebaran."
(mus)