Rupiah Anjlok, Omzet Pedagang Elektronik Turun Drastis

Aktivitas Dagang di Glodok Belum Normal
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVA.co.id - Sejumlah pedagang elektronik di kawasan Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, mengaku sekarang ini bisnisnya sedang terpuruk parah, lantaran nilai tukar rupiah terus merosot, sehingga barang dagangan yang sebagian besar produk impor harganya melonjak, tetapi pembelinya sepi.

“Ini bisnis paling pahit sepanjang sejarah, banyak pedagang Glodok yang kelenger,” ujar Hendra Wijaya, salah satu pedagang dan importir elektronik, di Pasar Glodok, Tamansari, Selasa 25 Agustus 2015.

Hendra yang sudah sangat lama berbisnis elektronik ini mengaku sejak bulan Puasa atau Juni lalu hingga sekarang, omzetnya turun sekitar 40 persen.

Menurut Hendra, pedagang terpaksa menaikkan harga sekitar 10 persen mengikuti kurs dolar Amerika Serikat. Tapi sebaliknya, konsumen tidak ada, karena kebanyakan juga sedang kesulitan keuangan.

“Menurut saya, ini lebih parah dibanding krisis ekonomi 1998. Pemerintah harus bekerja keras menstabilkan rupiah, di tengah serbuan mata uang asing,” ujarnya.

Budi Chandra, salah satu distributor dan importir menambahkan, pada transaksi pembelian di China, Jepang, maupun negara di Eropa selama ini menggunakan patokan dolar AS sebesar Rp12 ribu.

“Tapi sejak beberapa bulan terakhir, nilai dolar AS membubung di kisaran Rp13 ribu, bahkan kini tembus Rp14 ribu. Mau tak mau, harga belinya pada naik,” ungkap Chandra.

Dia menambahkan, dalam kondisi seperti ini sejumlah importir terpaksa menahan diri tidak mengimpor barang.

“Biasanya kami mengimpor AC, kulkas, mesin cuci, komputer, CCTV, dan lainnya tiap bulan sekali. Tetapi, ini sudah dua bulan tidak mengimpor barang, masih menghabiskan stok di gudang distributor,” kata Chandra.