18-8-1964: Afrika Selatan Dilarang Ikut Olimpiade
Selasa, 18 Agustus 2015 - 08:41 WIB
Sumber :
- London2012.com
VIVA.co.id
- 51 tahun yang lalu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) melarang Afrika Selatan ikut serta dalam Olimpiade ke-18 yang digelar di Tokyo. Hal itu sebagai bentuk penolakan dan kecaman terhadap kebijakan apartheid yang diberlakukan di negara tersebut.
BBC On This Day melansir, IOC mengumumkan keputusan tersebut di kota Luzern, Swiss usai Afsel tidak juga memenuhi tuntutan IOC untuk mengumumkan pembatalan kebijakan tersebut.
Semula, IOC mengumumkan akan menarik undangan bagi Afsel untuk ikut berlaga di Olimpiade saat digelar Olimpiade musim dingin di Innsbruck, Austria.
Mereka mengatakan baru akan membatalkan keputusan itu, jika Afsel mencabut kebijakan diskriminasi terhadap atletnya, sehingga membiarkan atlet kulit putih dan hitam untuk ikut berlaga.
Pemerintah Afsel pada bulan Juni tahun itu, sesungguhnya telah mengambil kebijakan dengan memasukkan tujuh atlet kulit hitam di dalam tim Olimpiade. Tetapi, langkah tersebut dianggap IOC belum cukup serius.
Pada 26 Juni 1964, IOC memberikan Afsel satu kesempatan terakhir untuk membuat pengumuman pencabutan kebijakan apartheid. Pengumuman itu harus dilakukan dalam kurun waktu 50 hari ke depan. Jika, tenggat waktu tak juga dipenuhi, maka IOC akan melarang Afsel ikut pertandingan Olimpiade.
Setelah ditunggu selama 50 hari, IOC mengatakan tidak ada pengumuman di hadapan publik seperti yang mereka minta. IOC meminta agar Afsel membuat pengumuman di semua radio dan media cetak, bahwa semua kebijakan diskriminasi ras di dalam olahraga tak diizinkan.
Kali ini, Sekretaris IOC, Otto Meyer mengatakan, dia tak ingin lagi mempercayai Afsel, sehingga langsung memberlakukan larangan tersebut.
Bahkan, sikap penolakan telah ditunjukkan sejak awal ketika Persatuan Atlet Amatir Afsel menarik delegasi mereka ketika tengah menggelar pertemuan dengan atlet Inggris. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap ultimatum yang dikeluarkan IOC.
Persatuan Atlet Amatir itu menuding IOC berusaha mencampuradukkan urusan politik ke dalam olahraga. Namun, penolakan yang dilakukan Afsel, justru menjadi bumerang. Sebab, negara lain turut mengecam aksi mereka.
Sebagai contoh, dalam kejuaraan tenis Wimbledon di London pada akhir Juni 1964, para atlet memprotes kebijakan apartheid Afsel. Beberapa pemain yang dijadwalkan berlaga melawan atlet tenis Afsel, mendadak membatalkan kehadirannya di kejuaraan tersebut.
IOC baru mencabut larangan itu di tahun 1992 lalu. Harian New York Times melansir, Presiden IOC ketika itu, Juan Antonio Samaranch, mengatakan puas melihat perubahan yang telah ditunjukkan oleh Afsel yang telah mencabut kebijakan diskriminasi terhadap para atlet mereka dalam olahraga.
Keikutsertaan Afsel yang pertama usai 21 tahun dilarang terjadi di Olimpiade musim panas di Barcelona, Spanyol. (ase)