Luwak Jadi Primadona di Car Free Day
Minggu, 9 Agustus 2015 - 11:50 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Muhammad Iqbal
VIVA.co.id - Arena
Car Free Day
(CFD) selain jadi tempat olahraga warga Jakarta, juga menjadi "lahan" hewan peliharaan untuk unjuk gigi. Para pecinta hewan setiap minggunya sering berkumpul di CFD sembari memamerkan hewan peliharaan masing-masing, mulai dari anjing, kelinci, musang atau luwak hingga hewan-hewan reptil seperti ular.
Salah satu yang menjadi daya tarik di CFD adalah luwak atau musang.
Seekor luwak bernama Posha, menjadi hiburan tersendiri bagi warga Jakarta dan turis asing yang memadati arena CFD.
Posha adalah peliharaan milik Hendri, salah satu anggota Komunitas Musang Lover Jakarta (MLJ). Posha, luwak betina, sudah berusia satu tahun lebih, warnanya yang gelap namun lucu, serta tingkahnya yang suka memanjat tiang menjadi tontonan pengunjung CFD.
Apalagi Posha sangat jinak karena sudah dipelihara Hendri sejak masih menyusui. Banyak pengunjung dan turis asing mencoba untuk menyentuh dan menggendong Posha yang memang sudah sangat jinak. Tak jarang yang berselfie ria dengan Posha.
"Sudah jinak, saya pelihara sejak masih diperem" kata Hendri, kepada VIVA.co.id, Minggu, 9 Agustus 2015.
Sehari-hari Posha diberi makan sebanyak tiga kali. Sarapan diberi oat meal, dan untuk siang hingga sore diberi makan nasi campur rebusan telur.
Musang atau Luwak pada dasarnya hewan nokturnal atau berkeliaran di malam hari, namun Musang milik Hendri dan anggota MLJ lainnya sudah dilatih untuk hanya beraktivitas siang hari, mengikuti ritme manusia.
"Kita latih sejak awal, dari pagi hingga sore ajak main terus, menjelang malam beri makan, nanti akan kecapean terus tidur, kalau tidak begitu jiwa liarnya tetap akan ada," ucap Hendri.
Bahkan, menurutnya, 3 bulan saja hewan ini tidak disentuh manusia atau diurus, maka jiwa liarnya akan kembali, dan berujung menggigit manusia jika diprovokasi.
Untuk memelihara musang atau luwak dikatakan Hendri gampang-gampang susah. Fase paling rumit memeliharanya saat masih bayi. Pola makan musang harus benar-benar diperhatikan. Jika terlalu banyak diberi makan, musang akan rentan mati, begitu juga jika terlalu sedikit porsinya.
"Bahkan ada teman saya, karena musangnya masih bayi, harus dibawa ke tempat kerja, dimasukkin ke dalam tas agar pola makannya terjaga," kata Hendri.
Musang juga ternyata hewan yang susah untuk kawin atau berkembang biak. Tidak seperti kucing, untuk menjodohkan musang jantan dan musang betina, harus ada adaptasi dan masa perkenalan diantara kedua musang.
Kandang betina dan jantan tidak boleh digabungkan, harus dipisah. Kemudian dilatih untuk bermain bersama secara perlahan, baru lah setelah beberapa bulan musang jantan dan betina bisa menikah, itu pun harus ditempatkan di kandang baru, agar keduanya tidak saling bunuh.
"Kalau sudah dekat, antara betina dan jantan, jangan digabung di kandang salah satunya, karena musang berkelahi bahkan salah satu bisa mati, harus ditempatkan dikandang yang baru agar bisa berkembang biak," ujar dia.
Bagi warga yang berminat memelihara luwak atau musang, komunitas ini memiliki tempat sharing dan menjual musang via jejaring sosial Facebook, bisa diakses di grup RAMLI (Rumah Adopsi Musang Lover Indonesia).
"Di situ ada foto musang, karakter musang, hingga harganya," kata Hendri.
Baca Juga :
Seekor luwak bernama Posha, menjadi hiburan tersendiri bagi warga Jakarta dan turis asing yang memadati arena CFD.
Posha adalah peliharaan milik Hendri, salah satu anggota Komunitas Musang Lover Jakarta (MLJ). Posha, luwak betina, sudah berusia satu tahun lebih, warnanya yang gelap namun lucu, serta tingkahnya yang suka memanjat tiang menjadi tontonan pengunjung CFD.
Apalagi Posha sangat jinak karena sudah dipelihara Hendri sejak masih menyusui. Banyak pengunjung dan turis asing mencoba untuk menyentuh dan menggendong Posha yang memang sudah sangat jinak. Tak jarang yang berselfie ria dengan Posha.
"Sudah jinak, saya pelihara sejak masih diperem" kata Hendri, kepada VIVA.co.id, Minggu, 9 Agustus 2015.
Sehari-hari Posha diberi makan sebanyak tiga kali. Sarapan diberi oat meal, dan untuk siang hingga sore diberi makan nasi campur rebusan telur.
Musang atau Luwak pada dasarnya hewan nokturnal atau berkeliaran di malam hari, namun Musang milik Hendri dan anggota MLJ lainnya sudah dilatih untuk hanya beraktivitas siang hari, mengikuti ritme manusia.
"Kita latih sejak awal, dari pagi hingga sore ajak main terus, menjelang malam beri makan, nanti akan kecapean terus tidur, kalau tidak begitu jiwa liarnya tetap akan ada," ucap Hendri.
Bahkan, menurutnya, 3 bulan saja hewan ini tidak disentuh manusia atau diurus, maka jiwa liarnya akan kembali, dan berujung menggigit manusia jika diprovokasi.
Untuk memelihara musang atau luwak dikatakan Hendri gampang-gampang susah. Fase paling rumit memeliharanya saat masih bayi. Pola makan musang harus benar-benar diperhatikan. Jika terlalu banyak diberi makan, musang akan rentan mati, begitu juga jika terlalu sedikit porsinya.
"Bahkan ada teman saya, karena musangnya masih bayi, harus dibawa ke tempat kerja, dimasukkin ke dalam tas agar pola makannya terjaga," kata Hendri.
Musang juga ternyata hewan yang susah untuk kawin atau berkembang biak. Tidak seperti kucing, untuk menjodohkan musang jantan dan musang betina, harus ada adaptasi dan masa perkenalan diantara kedua musang.
Kandang betina dan jantan tidak boleh digabungkan, harus dipisah. Kemudian dilatih untuk bermain bersama secara perlahan, baru lah setelah beberapa bulan musang jantan dan betina bisa menikah, itu pun harus ditempatkan di kandang baru, agar keduanya tidak saling bunuh.
"Kalau sudah dekat, antara betina dan jantan, jangan digabung di kandang salah satunya, karena musang berkelahi bahkan salah satu bisa mati, harus ditempatkan dikandang yang baru agar bisa berkembang biak," ujar dia.
Bagi warga yang berminat memelihara luwak atau musang, komunitas ini memiliki tempat sharing dan menjual musang via jejaring sosial Facebook, bisa diakses di grup RAMLI (Rumah Adopsi Musang Lover Indonesia).
"Di situ ada foto musang, karakter musang, hingga harganya," kata Hendri.