Awas, Ternyata Racun Kodok Lebih Dahsyat dari Ular
Sabtu, 8 Agustus 2015 - 07:02 WIB
Sumber :
- The Independent
VIVA.co.id - Ilmuwan mengklaim telah menemukan kodok yang memiliki racun paling mematikan dibanding ular. Kodok tersebut ditemukan di wilayah Brasil.
Dilansir melalui The Independent
, Sabtu 8 Agustus 2015, ilmuwan menjelaskan katak ini kerap menyerudukkan kepala ke korbannya untuk melindungi diri atau sekadar memangsa. Di atas kepalanya ada sebuah duri kecil yang menonjol. Dari duri itulah racun akan disalurkan.
"Meskipun beberapa kodok tropis dikenal cukup beracun ketika dimakan, sampai sekarang belum pernah ditemukan salah satu kodok yang memiliki mekanisme distribusi racun seperti kodok Brasil ini. Jadi kami tidak mengatakan jika semua kodok adalah beracun," ujar Edmund Brodie, profesor dari Utah State University.
Menurut dia, dua jenis kodok ini dari Brasil ini sangat berbeda karena mampu menyuntikkan racun. Ada dua spesies berbeda dari kodok racun Brasil ini, Corythomantis greeningi dan Aparasphenodon brunoi.
Dalam penelitiannya, salah satu anggota tim peneliti dari Brasil, Carlos Jared, dari Butantan Institute, harus mengalami radang pada tangannya selama lima jam setelah memegang kodok saat akan mengambil contoh lab.
Kodok jenis A. brunoi juga memiliki tulang belakang di depan tengkorak kepalanya. Di dalamnya terdapat banyak cairan yang sangat beracun. Satu gram cairan itu bisa membunuh sekitar 300.000 tikus atau setara dengan 80 orang.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Current Biology ini menunjukkan jika ternyata tidak semua amfibi yang mampu memproduksi racun adalah berbahaya. Hewan dua alam itu bisa dibilang beracun jika memiliki mekanisme penghantaran racun yang baik.
Baca Juga :
Dilansir melalui The Independent
"Meskipun beberapa kodok tropis dikenal cukup beracun ketika dimakan, sampai sekarang belum pernah ditemukan salah satu kodok yang memiliki mekanisme distribusi racun seperti kodok Brasil ini. Jadi kami tidak mengatakan jika semua kodok adalah beracun," ujar Edmund Brodie, profesor dari Utah State University.
Menurut dia, dua jenis kodok ini dari Brasil ini sangat berbeda karena mampu menyuntikkan racun. Ada dua spesies berbeda dari kodok racun Brasil ini, Corythomantis greeningi dan Aparasphenodon brunoi.
Dalam penelitiannya, salah satu anggota tim peneliti dari Brasil, Carlos Jared, dari Butantan Institute, harus mengalami radang pada tangannya selama lima jam setelah memegang kodok saat akan mengambil contoh lab.
Kodok jenis A. brunoi juga memiliki tulang belakang di depan tengkorak kepalanya. Di dalamnya terdapat banyak cairan yang sangat beracun. Satu gram cairan itu bisa membunuh sekitar 300.000 tikus atau setara dengan 80 orang.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Current Biology ini menunjukkan jika ternyata tidak semua amfibi yang mampu memproduksi racun adalah berbahaya. Hewan dua alam itu bisa dibilang beracun jika memiliki mekanisme penghantaran racun yang baik.