RI Pertahankan Jadi Produsen Kakao Terbesar ke-3 Dunia

Ilustrasi biji kakao
Sumber :
  • Reuters
VIVA.co.id - Indonesia terus memperkuat posisi sebagai produsen kakao terbesar ke-3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan meningkatkan kapasitas pemahaman para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan di rantai pasok global kakao.

Dalam upaya mencapai hal tersebut, Kementerian Perdagangan menyelenggarakan seminar bertajuk Cocoa on Futures Markets and Econometric Modeling di Kuta, Bali, pada 3-6 Agustus 2015.


“Pemahaman mengenai pasar berjangka kakao
(cocoa futures markets)
dan pemodelan ekonometrik di pasar kakao
(econometric modeling of the cocoa market)
ditingkatkan melalui seminar ini,” kata Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional (KPI) Kemendag, Bachrul Chairi, dalam seminar hasil kerja sama Ditjen KPI dengan International Cocoa Organization tersebut, dikutip dari laman
Kemendag
, Rabu 5 Agustus 2015.


Ia menjelaskan, kakao memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia. Jumlah produksi kakao pada 2014 mencapai 700 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar US$1.244,5 juta.


“Untuk itu kita perlu memanfaatkan program-program peningkatan kapasitas semacam ini, untuk menjaga dinamika pasar di dalam negeri. Kegiatan semacam ini juga menjadi ajang para pemangku kepentingan kakao, dari sektor hulu (produksi) sampai hilir (pasar) untuk berinteraksi dan saling meningkatkan jaringan bisnis,” ujarnya.


Dua isu penting yang menjadi pembahasan seminar, yaitu peran dan fungsi pasar berjangka kakao, serta pemodelan ekonometrik kakao dunia. Pada sesi pertama mengenai pasar berjangka kakao, peserta seminar mendapatkan pengetahuan tentang cara memperhitungkan risiko operasional dan pasar yang dihadapi dalam rantai pasok kakao.


Semakin pentingnya peran pasar berjangka dalam perdagangan komoditas kakao, saat ini menjadi salah satu fokus utama pembahasan di sesi ini.


"Pasar berjangka memiliki peran penting dalam ekonomi kakao dunia, yaitu memfasilitasi shifting risiko harga atau fungsi lindung nilai
(hedging)
, memberikan informasi berharga mengenai
storage decision
, serta sebagai pusat pengumpulan dan penyebaran informasi harga dunia," tutur Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya Ditjen KPI Deny W. Kurnia, yang turut hadir dalam seminar tersebut.


Dalam acara tersebut juga dibahas mengenai model ekonometrik kakao dunia. Kajian isu-isu dan aspek teknis yang terkait dengan pemodelan ekonometrika ekonomi kakao dunia dibahas, termasuk pemodelan ekonomi kakao di masing-masing negara produsen kakao.


"Model ekonometrik merupakan alat ukur hubungan kuantitatif ekonomi. Secara umum, model tersebut digunakan untuk meningkatkan pemahaman mengenai bagaimana pasar berfungsi dan dampak ekonomi dari pembuatan kebijakan, khususnya terkait manajemen produksi," kata Deny. (art)