Menteri Sofyan: Krisis Yunani Tidak Terlalu Memprihatinkan
Senin, 29 Juni 2015 - 17:58 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA.co.id - Krisis Yunani yang sebelumnya dinyatakan gagal bayar utang ke Dana Moneter International (IMF) dinilai tidak akan berpengaruh besar ke sektor perekonomian Indonesia.
Hal itu yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, di kantornya, Senin 29 Juni 2015.
Menurut Sofyan, meski secara global dampak krisis ekonomi itu ada, tetapi untuk di Indonesia sendiri tidak terlalu berdampak. Pelaku pasar akan tetap menggerakkan pasar sebagaimana mestinya.
"Dampak terhadap Indonesia tentu ada, tetapi tidak langsung. Tinggal timing saja, dan itu tidak terlalu mengkhawatirkan," ujar Sofyan.
Tetapi, jika dilihat dari dampak global akibat krisis Yunani ini, bisa saja terjadi. Dia berharap, para pelaku pasar di Tanah Air bisa segera mengantisipasinya dengan cepat.
"Mudah-mudahan sudah ditekan oleh pasar, karena diskusi soal Yunani ini bukan terjadi hari ini, tetapi sudah terjadi tiga hingga empat bulan yang lalu," katanya.
Dengan demikian, lanjut Sofyan, banyak orang yang mengatakan ini bisa saja berhasil atau bahkan gagal sama sekali.
Selain itu, dia masih yakin, negara-negara Uni Eropa tidak akan membiarkan krisis Yunani terus berlanjut. Karena, menurutnya, banyak kepentingan negara-negara Uni Eropa yang dipertaruhkan akibat dari krisis tersebut.
"Karena, berbagai analisis juga mengatakan terlalu mahal buat Yunani keluar dari Uni Eropa dan terlalu mahal juga untuk Uni Eropa jika Yunani keluar. Jadi, akal sehat akan berupaya bagaimana bisa menyelamatkan supaya Yunani tetap di Uni Eropa," jelasnya.
Tak hanya itu, terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini juga ikut melemah. Sofyan menuturkan, hal itu karena mata uang dolar AS yang menguat setelah diburu investor global. Dolar AS hari ini hampir menembus Rp13.400.
"Rupiah sudah memperkirakan apa yang terjadi di Yunani. Orang justru memperkirakan nanti kalau ā€ˇmisalnya Federal Reserve menaikkan suku bunga di akhir tahun," kata dia.
Baca Juga :
Hal itu yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, di kantornya, Senin 29 Juni 2015.
Menurut Sofyan, meski secara global dampak krisis ekonomi itu ada, tetapi untuk di Indonesia sendiri tidak terlalu berdampak. Pelaku pasar akan tetap menggerakkan pasar sebagaimana mestinya.
"Dampak terhadap Indonesia tentu ada, tetapi tidak langsung. Tinggal timing saja, dan itu tidak terlalu mengkhawatirkan," ujar Sofyan.
Tetapi, jika dilihat dari dampak global akibat krisis Yunani ini, bisa saja terjadi. Dia berharap, para pelaku pasar di Tanah Air bisa segera mengantisipasinya dengan cepat.
"Mudah-mudahan sudah ditekan oleh pasar, karena diskusi soal Yunani ini bukan terjadi hari ini, tetapi sudah terjadi tiga hingga empat bulan yang lalu," katanya.
Dengan demikian, lanjut Sofyan, banyak orang yang mengatakan ini bisa saja berhasil atau bahkan gagal sama sekali.
Selain itu, dia masih yakin, negara-negara Uni Eropa tidak akan membiarkan krisis Yunani terus berlanjut. Karena, menurutnya, banyak kepentingan negara-negara Uni Eropa yang dipertaruhkan akibat dari krisis tersebut.
"Karena, berbagai analisis juga mengatakan terlalu mahal buat Yunani keluar dari Uni Eropa dan terlalu mahal juga untuk Uni Eropa jika Yunani keluar. Jadi, akal sehat akan berupaya bagaimana bisa menyelamatkan supaya Yunani tetap di Uni Eropa," jelasnya.
Tak hanya itu, terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini juga ikut melemah. Sofyan menuturkan, hal itu karena mata uang dolar AS yang menguat setelah diburu investor global. Dolar AS hari ini hampir menembus Rp13.400.
"Rupiah sudah memperkirakan apa yang terjadi di Yunani. Orang justru memperkirakan nanti kalau ā€ˇmisalnya Federal Reserve menaikkan suku bunga di akhir tahun," kata dia.