Pebisnis Ini Meraup Untung dari Krisis Ekonomi Yunani
Senin, 29 Juni 2015 - 14:53 WIB
Sumber :
- CNN Money
VIVA.co.id - Yunani gagal mendapatkan pendanaan baru dari kreditor untuk membayar utangnya, dalam pertemuan akhir pekan lalu. Negara-negara zone euro bersiap pada prospek Yunani akan gagal bayar utang, dan kemungkinan Yunani dipaksa keluar dari zona euro.
Namun, tak semua pihak merasakan dampak krisis ekonomi Yunani. Beberapa pengusaha justru menikmati keberkahan di balik krisis ekonomi yang sedang terjadi.
Dikutip CNN Money, Senin 29 Juni 2015, Denia Topalidou, sangat mengingat pertama kalinya dia menyadari Yunani sedang mengalami krisis. Tiba-tiba orang mulai membeli pewarna pakaian. Banyak pewarna pakaian.
Topalidou menjalankan toko kain di pusat Athena, bersama adik dan orang tuanya. Toko kain itu didirikan oleh kakeknya pada 1962. Tetapi, dalam lima tahun terakhir toko kainnya tumbuh dengan pesat.
Ternyata, ungkapnya, selama waktu tersebut, ekonomi Yunani telah menyusut seperempat, dan satu dari lima bisnis telah ditutup. Bahkan, tahun ini setiap harinya hampir 60 perusahaan di Yunani tutup.
Namun, itu tak berlaku bagi bisnis yang ditekuni Topalidou. Usahanya justru makin berkembang, karena banyak orang dipaksa berhemat saat krisis.
"Orang-orang tidak punya uang untuk membeli pakaian baru, sehingga mereka menyesuaikan, bahkan beberapa dari mereka terpaksa membuat pakaian sendiri," tutur Topalidou.
Berdasarkan Dana Moneter International (IMF) sejak 2010, pengeluaran rumah tangga telah turun 30 persen. Tak hanya itu, upah riil turun, orang dipaksa menemukan cara-cara baru untuk menghemat uang.
"Krisis ekonomi justru menciptakan peluang baru bisnis. Dan kemudian bisnis menjadi mode. Akibat krisis Yunani, orang kemudian menyukai hadiah buatan tangan dan pakaian yang unik," katanya.
Senada dengan Topalidou, Wjahat Anwar juga merasakan hal yang sama.
Pria yang memiliki toko ponsel bekas dan perbaikan ponsel di ujung jalan pasar daging dan ikan di Athena ini maju pesat dalam lima tahun belakangan.
Saat penduduk Yunani dipaksa mengetatkan ikat pinggang, yang berdampak penjualan turun 20 persen, tetapi bisnis Wajahat justru melonjak 40 persen.
"Sebelum adanya krisis ekonomi, orang selalu membeli ponsel baru. Sekarang, kebanyakan mereka tidak memiliki uang, sehingga mereka memilih membeli ponsel bekas atau memperbaiki ponsel lamanya," katanya.
Kesengsaraan ekonomi Yunani juga menjadi berkah bagi bisnis pegadaian. Puluhan usaha pegadaian mulai bermunculan.
Bisnis jual beli emas dan perak juga booming. Nikos Billis, salah satu pemilik toko jual beli emas dan perak, mengatakan jumlah orang yang ingin menjual emas melonjak 70 persen karena adanya krisis. (one)
Baca Juga :
Namun, tak semua pihak merasakan dampak krisis ekonomi Yunani. Beberapa pengusaha justru menikmati keberkahan di balik krisis ekonomi yang sedang terjadi.
Dikutip CNN Money, Senin 29 Juni 2015, Denia Topalidou, sangat mengingat pertama kalinya dia menyadari Yunani sedang mengalami krisis. Tiba-tiba orang mulai membeli pewarna pakaian. Banyak pewarna pakaian.
Topalidou menjalankan toko kain di pusat Athena, bersama adik dan orang tuanya. Toko kain itu didirikan oleh kakeknya pada 1962. Tetapi, dalam lima tahun terakhir toko kainnya tumbuh dengan pesat.
Ternyata, ungkapnya, selama waktu tersebut, ekonomi Yunani telah menyusut seperempat, dan satu dari lima bisnis telah ditutup. Bahkan, tahun ini setiap harinya hampir 60 perusahaan di Yunani tutup.
Namun, itu tak berlaku bagi bisnis yang ditekuni Topalidou. Usahanya justru makin berkembang, karena banyak orang dipaksa berhemat saat krisis.
"Orang-orang tidak punya uang untuk membeli pakaian baru, sehingga mereka menyesuaikan, bahkan beberapa dari mereka terpaksa membuat pakaian sendiri," tutur Topalidou.
Berdasarkan Dana Moneter International (IMF) sejak 2010, pengeluaran rumah tangga telah turun 30 persen. Tak hanya itu, upah riil turun, orang dipaksa menemukan cara-cara baru untuk menghemat uang.
"Krisis ekonomi justru menciptakan peluang baru bisnis. Dan kemudian bisnis menjadi mode. Akibat krisis Yunani, orang kemudian menyukai hadiah buatan tangan dan pakaian yang unik," katanya.
Senada dengan Topalidou, Wjahat Anwar juga merasakan hal yang sama.
Pria yang memiliki toko ponsel bekas dan perbaikan ponsel di ujung jalan pasar daging dan ikan di Athena ini maju pesat dalam lima tahun belakangan.
Saat penduduk Yunani dipaksa mengetatkan ikat pinggang, yang berdampak penjualan turun 20 persen, tetapi bisnis Wajahat justru melonjak 40 persen.
"Sebelum adanya krisis ekonomi, orang selalu membeli ponsel baru. Sekarang, kebanyakan mereka tidak memiliki uang, sehingga mereka memilih membeli ponsel bekas atau memperbaiki ponsel lamanya," katanya.
Kesengsaraan ekonomi Yunani juga menjadi berkah bagi bisnis pegadaian. Puluhan usaha pegadaian mulai bermunculan.
Bisnis jual beli emas dan perak juga booming. Nikos Billis, salah satu pemilik toko jual beli emas dan perak, mengatakan jumlah orang yang ingin menjual emas melonjak 70 persen karena adanya krisis. (one)