Demi Data Unik, ESA Perpanjang Penelitian Komet 67P
Rabu, 24 Juni 2015 - 11:04 WIB
Sumber :
- REUTERS / ESA / Rosetta
VIVA.co.id - Badan Antariksa Eropa (ESA) memutuskan untuk memperpanjang "napas" penelitian komet 67 P/Churyumov-Gerasimenko selama sekitar kurang dari satu tahun ke depan. Dengan demikian, robot Philae akan terus bekerja mencari informasi tentang asal muasal pembentukan komet berumur 4,5 miliar tahun itu.
Sebelumnya, penelitian komet 67 P, yang dikenal dengan program misi Rosetta ini, berakhir pada Desember 2015. Namun, dikarenakan banyaknya kendala termasuk "mati suri" Philae akibat kehabisan daya baterainya, membuat penelitian komet tersebut molor.
Keputusan lainnya, juga dikarenakan ESA melihat kalau posisi komet 67 P pada Agustus nanti akan semakin dekat dengan Matahari, istilah tersebut dinamai perihelion. Artinya, Philae yang kehabisan baterai akan "segar" kembali, karena tubuhnya tersinari oleh pancaran Matahari secara penuh.
"Ini adalah berita fantastis bagi ilmu pengetahuan. Kami akan dapat memantau aktivitas komet sebelum bergerak menjauh dengan Matahari lagi. Kami juga akan memiliki kesempatan untuk mengumpulkan data-data yang lebih unik," ujar ilmuwan Rosetta, Dr. Matt Taylor dikutip dari Mirror, Rabu, 24 Juni 2015.
Taylor sangat yakin, bila nanti Philae akan bebas bergerak mengeksplorasi data-data di komet tersebut, seperti debu dan gas yang konon menjadi unsur pembentukan 67 P selama ini. Bila sudah tercapai, maka para ilmuwan dapat mengetahui segala informasi tentang kehidupan alam semesta melalui 67 P.
Bahkan, ESA percaya diri kalau nanti bila baterai sudah terisi penuh akibat pancaran Matahari ini, Philae akan beroperasi di malam hari. Hal tersebut dilakukan agar dapat mengamati semburan gas dan debu pada permukaan 67 P.
"Dengan membandingkan detail data sebelum dan sesudah, kami akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana komet berevolusi selama hidup mereka," ungkap dia.
Sebelumnya diketahui, pendaratan Philae tidak berjalan mulus akhir tahun lalu. Robot luar angkasa itu harus terpental sebanyak dua kali, sebelum dinyatakan hilang dan mati suri akibat kehabisan baterai.
Komet 67 P diincar oleh para ilmuwan, khususnya ESA untuk diteliti mengenai informasi asal usul tata surya. Sebab, komet tersebut diyakini telah berusia miliaran tahun yang tersusun oleh debu dan es. Komet ini mempunyai luas sekitar 2,5 mil atau setara 4 kilometer.
Dalam menjalankan misi eksplorasi komet 67 P, ESA harus merogoh kocek sebesar US$1,62 miliar dan waktu penelitian selama satu dekade terakhir, sebelum memutuskan 67 P sebagai komet yang tepat untuk diteliti. (art)
Sebelumnya, penelitian komet 67 P, yang dikenal dengan program misi Rosetta ini, berakhir pada Desember 2015. Namun, dikarenakan banyaknya kendala termasuk "mati suri" Philae akibat kehabisan daya baterainya, membuat penelitian komet tersebut molor.
Keputusan lainnya, juga dikarenakan ESA melihat kalau posisi komet 67 P pada Agustus nanti akan semakin dekat dengan Matahari, istilah tersebut dinamai perihelion. Artinya, Philae yang kehabisan baterai akan "segar" kembali, karena tubuhnya tersinari oleh pancaran Matahari secara penuh.
"Ini adalah berita fantastis bagi ilmu pengetahuan. Kami akan dapat memantau aktivitas komet sebelum bergerak menjauh dengan Matahari lagi. Kami juga akan memiliki kesempatan untuk mengumpulkan data-data yang lebih unik," ujar ilmuwan Rosetta, Dr. Matt Taylor dikutip dari Mirror, Rabu, 24 Juni 2015.
Taylor sangat yakin, bila nanti Philae akan bebas bergerak mengeksplorasi data-data di komet tersebut, seperti debu dan gas yang konon menjadi unsur pembentukan 67 P selama ini. Bila sudah tercapai, maka para ilmuwan dapat mengetahui segala informasi tentang kehidupan alam semesta melalui 67 P.
Bahkan, ESA percaya diri kalau nanti bila baterai sudah terisi penuh akibat pancaran Matahari ini, Philae akan beroperasi di malam hari. Hal tersebut dilakukan agar dapat mengamati semburan gas dan debu pada permukaan 67 P.
"Dengan membandingkan detail data sebelum dan sesudah, kami akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana komet berevolusi selama hidup mereka," ungkap dia.
Sebelumnya diketahui, pendaratan Philae tidak berjalan mulus akhir tahun lalu. Robot luar angkasa itu harus terpental sebanyak dua kali, sebelum dinyatakan hilang dan mati suri akibat kehabisan baterai.
Komet 67 P diincar oleh para ilmuwan, khususnya ESA untuk diteliti mengenai informasi asal usul tata surya. Sebab, komet tersebut diyakini telah berusia miliaran tahun yang tersusun oleh debu dan es. Komet ini mempunyai luas sekitar 2,5 mil atau setara 4 kilometer.
Dalam menjalankan misi eksplorasi komet 67 P, ESA harus merogoh kocek sebesar US$1,62 miliar dan waktu penelitian selama satu dekade terakhir, sebelum memutuskan 67 P sebagai komet yang tepat untuk diteliti. (art)