Kulit Eropa Beda dengan Manusia Lain, Ini Penjelasannya
Selasa, 16 Juni 2015 - 12:35 WIB
Sumber :
- Tudji Martudji/VIVAnews
VIVA.co.id - Manusia purba awalnya berasal dari Afrika yang menyebar ke seluruh penjuru dunia. Sebuah pertanyaan kemudian muncul, mengapa manusia di Eropa bisa memiliki kulit yang berbeda dengan manusia di belahan dunia lain?
Logikanya, jika semua manusia berasal dari kawasan yang sama, maka sudah pasti mereka akan memiliki karakter tubuh yang sama pula. Ternyata, sebuah analisa DNA purba menjawab pertanyaan ini.
Baca Juga :
Logikanya, jika semua manusia berasal dari kawasan yang sama, maka sudah pasti mereka akan memiliki karakter tubuh yang sama pula. Ternyata, sebuah analisa DNA purba menjawab pertanyaan ini.
"Analisa dari DNA manusia purba menunjukkan, pada suatu masa, orang-orang Eropa disebut sebagai populasi dari kelompok pemburu. Mereka memiliki mata biru dan kulit yang gelap," ujar Daniel Zadik, dari University of Leicester, seperti dikutip dari
Metro.co.uk
, Selasa 16 Juni 2015.
Orang-orang Eropa di kemudian waktu berkembang dan memiliki kulit yang lebih terang. Zadik percaya jika hal ini dikarenakan campuran dari imigran Timur Tengah yang muncul di zaman perunggu.
"Beragam ciri dan karakter ini kemungkinan berasal dari populasi manusia purba yang berbeda. Misalnya, mata biru berasal dari kelompok pemburu di Zaman Mesolitik Eropa, yakni sekitar 10.000 sampai 5.000 tahun sebelum Masehi. Sedangkan karakter lain berasal dari pendatang baru yang muncul dari Timur," ujar Zadik.
Dia yakin jika dua sifat mutasi terlibat dalam proses semakin terangnya kulit manusia Eropa. Keduanya pun diklaim menjadi langka di era Mesolitik, namun hadir secara mayoritas di zaman Perunggu atau 3.000 tahun kemudian, baik di Eropa maupun padang rumput.
"Kedua wilayah merupakan kawasan yang menerima masuknya petani Timur Tengah. Inilah yang memunculkan spekulasi jika mutasi ini muncul dari Timur Tengah," ujar Zadik.
Kemudian, tutur Zadik, perubahan ini bisa jadi dikarenakan seleksi alam tingkat tinggi. Manusia Eropa dimungkinkan untuk memproduksi vitamin D dalam jumlah yang cukup, meskipun semakin ke utara, asupan cahaya matahari semakin sedikit. (ase)