Omzet Puluhan Juta, Miniatur Rumah Adat Kalbar Mendunia
Senin, 1 Juni 2015 - 11:38 WIB
Sumber :
VIVA.co.id - Ketekunan, ketelatenan, dan keuletan perajin kerajinan tangan miniatur di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, mulai membuahkan hasil. Miniatur rumah adat khas daerah tersebut saat ini mulai mendapatkan tempat di pasar internasional.
Baca Juga :
Ari Pardi (28) kepada VIVA.co.id menceritakan kisah perjalanan bisnisnya hingga saat ini. Pria yang konsisten membuat miniatur khas Kalbar ini, sudah bisa memproduksi ratusan miniatur setiap pekan.
Merek dagang Kerajinan Tangan Usaha Mandiri yang dipopulerkannya, menjadi salah satu pemasok cenderamata asli daerah yang diberikan pemerintah setempat, sebagai buah tangan kepada tamu-tamu penting yang datang ke daerah itu.
"Per minggu 100 buah berbagai miniatur. Rumah adat 70 sampai 80 buah, di antaranya rumah adat Melayu, dan rumah adat Dayak, itu pesanan biasa. Yang miniatur Dayak banyak yang pesan. Ada juga instansi pemerintah yang pesan sebagai cenderamata,” kata Ari di Kalbar.
Dibanding dengan karya seni yang dibuatnya, harga yang dibanderol pun cukup terjangkau. Untuk miniatur Tugu Khatulistiwa ukuran kecil misalnya, hanya dijual dengan harga Rp25 ribu per buah.
"Ukuran yang besar harganya Rp150 ribu. Ukuran kecil rumah adat Dayak Rp35ribu, dan ukuran besar Rp200 ribu. Miniatur Perisai ukuran sedang Rp200 ribu, kecil Rp100 ribu, sedangkan untuk ukuran yang besar miniatur Perisai Rp1,5 juta," tuturnya.
Menurut dia, untuk harga rumah adat Melayu ukuran besar dipatok Rp250 ribu, miniatur Keraton Rp350 ribu dan miniatur meriam karbit yang berukuran kecil Rp50 ribu. Sementara itu, untuk ukuran besar miniatur meriam karbit dijual dengan harga Rp150 ribu.
"Banyak yang pesan dari Malaysia dan Singapura, seminggu sekali pesan miniatur rumah adat Dayak," kata dia.
Dengan dibantu tiga orang pegawai, omzet kerajinan tangan ini bisa mencapai Rp30 juta per bulan. Jika kebanjiran order, dia juga mempekerjakan tenaga lepas dengan bayaran harian.
Terinspirasi Orang Tua
Workshop kerajinan tangan yang terletak di Jalan Adi Sucipto, Gang Haji Kasim No.72, Kelurahan Bangka Belitung Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, ternyata memiliki cerita sendiri dalam perjalanan bisnis Ari. Karena, berkat ayahnya, dia bisa memiliki usaha sendiri dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Ia mengatakan, ayahnya sudah mengenalkan kerajinan miniatur ini kepadanya sejak kecil. Setelah beranjak dewasa, Ari mengaku mulai tertarik dengan kerajinan tersebut.
"Dari tahun 1986, bapak saya yang ngajarin. Lihat-lihat dulu bapak saya. Ikut-ikut dan akhirnya saya tertarik. Kerja juga asyik," ujarnya.
Selain itu, dia melanjutkan, membuat kerajinan ini salah satu upaya melestarikan budaya daerah setempat. "Supaya mengingat tentunya terkait budaya di sini. Dari kecil ikut bapak, terus bantu-bantu ini sampai sekarang,” ucapnya.
Dia menjelaskan, bahan baku miniatur terdiri atas beberapa jenis kayu dan instrumen lainnya. Hingga saat ini, dia mengaku tidak pernah kesulitan untuk menemukannya di daerahnya.
"Bahan untuk kerajinan ini dari kayu jelutung, kaca, kain beludru, triplek, aluminium, lem. Itu bahan baku pembuatan miniatur," tuturnya.
Dia berharap, peran pemerintah dalam mendorong perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) terus ditingkatkan, sehingga kesempatan untuk memulai suatu usaha terbuka luas bagi masyarakat.
"Kalau dari pemerintah belum ada yang memberikan modal usaha, hanya dari bank saja. Tapi, itu kan kami harus bayar lagi angsurannya setiap bulannya,” katanya.