Ini Penyebab Bisnis Waralaba Indonesia Melambat

Penirtiban Ijin Waralaba Seven Eleven
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy
VIVA.co.id
- Asosiasi Franchise Indonesia menyebut pertumbuhan bisnis waralaba atau franchise di Indonesia masih kurang berkembang yaitu, hanya sekitar 2 persen per tahun lantaran kalah dengan penyebaran bisnis opportunity.

Ketua AFI Anang Sukardan menjelaskan, hal tersebut disebabkan dominasi business opportunity (BO), yaitu bisnis kecil yang umurnya baru dua sampai tiga tahun tapi sudah menyatakan diri sebagai waralaba.

"Seharusnya, bisnis waralaba itu minimal lima tahun baru bisa dinyatakan sebagai waralaba. Nah, kalau BO kan tidak begitu, dan BO di Indonesia itu pertumbuhannya lebih cepat daripada bisnis waralaba. Dalam setahun, bisa mencapai 8 persen," ujarnya di Jakarta Convention Center Senayan, Sabtu, 30 Mei 2015.

Anang mengaku, mengembangkan bisnis waralaba memang tidak mudah. Kata Anang, pemerintah perlu memperhatikan dengan menyederhanakan  peraturan untuk memudahkan bisnis waralaba terkait kejelasan kriteria apa yang disebut dengan bisnis waralaba.

"Yang sederhana dulu saja, pokoknya mengacu pada PP no 42 pasal 3 tentang kriteria bisnis waralaba. Di PP itu tercantum kriteria, yaitu terbukti memberi keuntungan, mempunyai ciri khas, sudah distandarisasi, mudah ditransfer, sudah dimonitor dan terdaftar untuk HAKI-nya. Menurut saya, perlu ditambah lagi satu kriteria, yaitu prototype, contoh usaha yang sudah berhasilnya," ujarnya.

Selain itu, Anang mengatakan, pengembangan bisnis waralaba juga dibutuhkan jiwa enterpreneur yang kreatif sehingga mampu menciptakan inovasi dan karakteristik produk.

"Sebelum membuat marketing pemasaran harus membuat marketing plan atau kerangka konsep. Ilmunya memang ilmu marketing. Bicara waralaba berarti ada keterkaitannya dengan brand, karena branding merupakan salah satu dari ilmu marketing. Franchise dan branding erat sekali kaitannya," tuturnya.

Namun, kata Anang, bukan berarti bisnis waralaba tanpa risiko. Semua usaha pasti berisiko, tapi menurut Anang, jika produk waralaba memiliki sebuah keunikan, pastinya produk tersebut akan bertahan.

"Makanya perlu karakteristik, sehingga bisnis tersebut hanya bisa diimitasi tapi tidak dicuri," ujarnya.