Tradisi Lempar Lumpur Muncul Lagi Setelah 60 Tahun Vakum
Senin, 23 Maret 2015 - 10:00 WIB
Sumber :
- Bobby Andalan/Bali
VIVA.co.id
- Umat Hindu di Bali memiliki ragam tradisi seusai perayaan Nyepi, di antaranya,
omed-omedan
di Sesetan, Denpasar, dan
med-medan
di Tuban, Kuta. Ada juga
mebuug-buugan
, yaitu tradisi saling lempar lumpur. Baca Juga :
I Made Sudarsana, pemuda karang taruna Eka Chanti yang memprakarsai upaya melestarikan lagi mebuug-buugan, mengatakan bahwa tradisi itu adalah warisan leluhur mereka di Desa Kedonganan, Kuta. Tujuannya adalah menetralisasi sifat buruk.
“Dalam konteks mebuug-buugan manusia yang divisualisasi dengan tanah atau lumpur, dimaknai sebagai wujud Bhutakala atau kekotoran yang melekat pada manusia," katanya.
Ia berharap tradisi di desanya dapat dicatat pada Dinas Kebudayaan setempat agar dapat dilestarikan. "Dulu awalnya semua peserta telanjang bulat. Karena malu, maka mengalami kemandegan sosial. Eksistensinya hilang. Pernah dibangkitkan kembali tapi tidak menemukan eksistensinya," ujarnya.
Ketua Karang Taruna Eka Chanti, I Wayan Yustisia Semarariana, menjelaskan bahwa kegiatan itu telah dinanti sejak dulu. "Kami senang tradisi ini diinisiasi kembali. Kami mensosialisasikan ke seluruh pemuda. Harapan kami tradisi ini terus berlanjut karena nilai historis dan filosofisnya. Kita berharap kontinuitas eksitensi tradisi ini bisa menjadi ikon Desa Adat Kedonganan. Ini warisan budaya," katanya.
Tradisi ini hanya dilakukan kaum laki-laki. Mulai anak kecil, remaja hingga orang tua ikut memeriahkan tradisi itu. Setelah berperang lumpur, mereka kemudian membersihkan diri di Pantai Kedonganan.
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
(ren)