Rupiah Melemah, Peluang RI Genjot Komoditas Ekspor
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id - Pemerintah menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia. Para pelaku usaha di bidang itu diharapkan dapat melihat momentum emas ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, di kantor Wakil Presiden, Rabu 25 Februari 2015 mengungkapkan, pelemahan ini juga sejalan dengan target pemerintah yang ingin menekan kinerja impor untuk meredam defisit transaksi berjalan.
"Bagi eksportir bagus, tapi bukan soal melemahnya berapa, yang penting adalah jangan sampai fluktuasi yang dalam," ungkapnya.
Sofyan mengungkapkan, peningkatan ekonomi AS yang diikuti penguatan mata uangnya juga berpotensi untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke negara itu.
Menurut dia, pekerjaan rumah utamanya adalah bagaimana bisa menghasilkan komoditas ekspor yang bernilai tambah. "Sayangnya, industri kita yang belum siap menangkap kesempatan ini, karena selama ini industri kita tidak pernah mendapatkan perhatian yang cukup," tuturnya.
Dia menambahkan, tantangan terbesar pemerintah adalah bagaimana menggairahkan sektor industri yang selama ini mati suri karena tingginya harga komoditas. "Sekarang kami bereskan lagi, memperhatikan manufacturing, memberikan insentif supaya ekspor meningkat kembali," katanya.
Pelemahan nilai rupiah saat ini hampir menyentuh angka Rp13.000 per dolar AS. Menurut dia, faktor eksternal masih memegang peran atas pelemahan tersebut.
Pemerintah, kata Sofyan, tidak bisa berbuat banyak mengenai hal tersebut. Namun, pembenahan ekonomi domestik terus dilakukan, guna meredam dampak dari pelemahan rupiah.
Berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah menembus level Rp12.887 per dolar AS. Ini merupakan hari kelima rupiah tetap bertahan di kisaran Rp12.800 dan dikhawatirkan akan menembus level Rp13.000 per dolar AS. (art)
Baca juga: