Ini Cara Tangani Pencemaran Detergen Sisa Cucian
VIVA.co.id - Pemakaian detergen untuk membersihkan pakaian belakangan ini semakin tinggi. Setiap hari, masyarakat memakai bahan tambahan ini untuk mencuci pakaian. Aktivitas rutin ini terus-menerus dilakukan oleh masyakarat.
Padahal, kandungan bahan aktif dalam detergen berbahaya bagi lingkungan dan berpotensi menimbulkan pencemaran, terutama pencemaran air. Sebagian besar pencemaran air mengandung bahan yang berbahaya bagi tubuh. Air yang sudah bercampur dengan detergen akan terbuang langsung dan mencemari tanah.
Selama ini, di Indonesia belum banyak penanganan limbah detergen secara optimal. Berbeda dengan negara maju yang telah melakukan usaha untuk mengatasi pencemaran detergen ini.
Penanggulangan pencemaran detergen dilakukan dengan cara mensubtitusi komponen-komponen utama formula detergen dengan bahan bersifat biodegradable, yaitu dengan mengganti rantai bercabang dari alkil benzena sulfonat (ABS) menjadi rantai lurus LAS (linear alkil sulfonat).
Senyawa fosfat juga diganti dengan senyawa non fosfat yang harganya relatif jauh lebih mahal.
Kondisi tersebut, mendorong mahasiswa FMIPA Universtitas Negeri Yogyakarta (UNY) mencari solusi untuk menangangi pencemaran air (limbah detergen) di lingkungan masyarakat.
Mereka adalah Putri Nurmalasari, Prika Dwi Darmawan, Khafidh Nur Aziz, Adhitya Kun Mahendra, dengan dosen pendamping R. Yosi Aprian Sari.
Solusi yang dibuat yaitu dengan menetralisasi limbah detergen masyarakat menggunakan alat berbahan karbon aktif, zeolit, dan biji pohon kelor.
Putri menjelaskan, alat ini dibuat biasa, agar masyarakat dapat menggunakannya secara gampang dan tidak sulit untuk mengoperasikannya.
Namun, penyusunannya masih otomatis dan mungkin bisa dipasang langsung pada saluran air pembuangannya.
Dia mengatakan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Data yang didapat dalam penelitian ini adalah pH air setelah penyaringan, yang diukur dengan menggunakan bantuan pH meter.
"Langkah kerja penelitian yaitu mengukur pH air limbah cucian, kemudian meletakkan alat penyaring di atas wadah hasil penyaringan," katanya, Selasa 10 Februari 2015.
Selanjutnya, masukkan air limbah cucian yang pH-nya sudah diukur ke dalam enam variasi komposisi alat penyaringan dan tiga tanpa variasi, yaitu hanya carbon aktif, zeolite powder, dan zeolite krikil.
Kemudian, tunggu sampai air tidak menetes lagi dari alat penyaringan. Lalu, ukur pH air limbah cucian, setelah disaring dengan alat penyaring. "Lakukan penyaringan kembali," jelasnya.
Dari hasil penelitian tersebut, berdasarkan pHnya dan efektivitas dari bahan yang digunakan bahwa air cucian ini menjadi air limbah cucian, setelah penyaringan belum dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Jika memang air limbah cucian sudah netral pun, air limbah cucian tersebut tidak dapat digunakan untuk kebutuhan pokok, namun bisa digunakan kembali, atau dibuang ke lingkungan karena sudah cukup aman.
“Tetapi, dalam percobaan ini hasil air yang dihasilkan sudah jernih, tidak berbusa dan tidak berbau," ujarnya.
Dilihat dari penelitian selama enam hari, hasil yang baik, atau menunjukkan bagus akan bahan dan hasil penyaringannya yaitu pada sampel ke-2 tanpa dilakukan variasi komposisi yakni dengan spons pasir 200 ml, zeolit powder 200 ml, serabut kelapa dan ke-7 untuk variasi komposisi spons pasir 200 ml, zeolit powder 200 ml, pasir 200 ml, karbon aktif 100 ml, serabut kelapa. Walaupun untuk sampel ke-7 dapat menyaring dengan baik tiga sampai empat hari.
"Dalam hal ini, zeolit powder jauh lebih baik dibanding zeolit krikil sebagai salah satu komposisi penyaringan limbah detergen,” tambahnya. (asp)
Baca juga: