Mengolah Minyak Jelantah Jadi Biodiesel dan Detergen
Jumat, 14 November 2014 - 07:51 WIB
Sumber :
- Reuters
VIVAnews
- Bekas minyak goreng atau yang lazim disebut jelantah oleh ibu rumah tangga atau para penjual gorengan hanya dibuang begitu saja, karena sudah tidak layak pakai dan menjadi sampah.
Namun, bagi ibu rumah tangga dan pedagang gorengan di Bantul, jelantah bekas minyak penggorengan tersebut tidak dibuang, karena memiliki nilai ekonomis.
Para ibu rumah tangga atau pedagang gorengan cukup membawa jelantah tersebut ke Bank Tigor (Bank Tilas Gorengan) dan akan mendapatkan uang pengganti jelantah. Setiap 1 liter jelantah oleh Bank Tigor dihargai Rp900.
Untuk menjual jelantah ke Bank Tigor, maka para ibu rumah tangga atau pedagang gorengan harus mendaftar terlebih dahulu menjadi nasabah, agar mendapatkan buku tabungan.
"Caranya cukup mudah untuk mendaftar. Bawa saja jelantah yang akan dijual. Maka oleh petugas Bank Tigor akan dibuatkan buku tabungan dari jelantah yang dijualnya," kata Faradela, salah satu pengelola Bank Tigor yang beralamat di Dusun Badegan, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Jumat 14 November 2014.
Baca Juga :
Dwi mengatakan, pembuatan detergen cair menggunakan jelantah sangat mudah.
Dia memaparkan, sebelum diolah, minyak jelantah dijernihkan dengan dipanaskan bersama kulit semangka, atau dicampur dengan NaOH dan arang aktif, kemudian disaring menggunakan kain.
Minyak yang sudah jernih, kemudian dipanaskan dan dicampur dengan KOH untuk mengubah lemak menjadi sabun, CMC untuk pembersih noda, Na2CO3 untuk penetralan, texapon untuk menimbulkan busa, pewarna tambahan, air, serta parfum supaya wangi.
"Minyak jelantah 50 mililiter, bisa menghasilkan detergen cair 300 mililiter. Rencananya, per botol ukuran 300 mililiter akan kami jual Rp3.000," ungkapnya.
Sementara, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Bantul, Suyoto, mengapresiasi langkah pengelola Bank Sampah dalam meluncurkan program baru yakni Bank Tigor.
Apalagi, sampah yang dihasilkan masyarakat selama ini bisa menimbulkan dampak negatif jika tidak diolah.
"Misalnya berdampak pada lingkungan dan menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, gangguan pernafasan, disentri hingga polio," ungkapnya.