Olah Sampah, Pria Ini Hasilkan Rp80 Juta per Bulan

Tumpukan Sampah di Pintu Air Manggarai
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
– Mindset memandang sampah sebagai barang yang menjijikan sepertinya tidak berlaku jika mendengar kisah dari Suyanto.


Bapak lima orang anak ini menyulap sampah-sampah menjadi penghasilan puluhan juta rupiah setiap bulan untuk menyejahterakan keluarga, bahkan mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.


"Dari pendapatan awal tahun 1995 sebesar Rp7 juta per bulan, sekarang Alhamdulilah pendapatan Rp80 juta per bulan," ujarnya kepada
VIVAnews
di Cengkareng, Senin 16 Juni 2014.


Berawal dari menjadi supir pengangkut sampah pada 1995, kemudian Suyanto memutuskan untuk mengolah sampah-sampah tersebut.


Suyanto bersama istrinya memilah sampah berjenis kertas, kardus, botol air mineral, dirigen, barang yang terbuat dari plastik, sampai barang yang terbuat dari beling, kemudian dikirim ke pengolah untuk didaur ulang kembali.


Menurutnya, sampah-sampah tersebut didapatkan dari hasil kerja samanya dengan pemilik yayasan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pandawa Budi Luhur Jakarta, yang mempunyai akses kerja sama dengan beberapa hotel dan mal di Jakarta.


Dia menjelaskan, sampah-sampah tersebut kemudian diangkut dengan truk dan dikumpulkan di sebuah tanah lapang di dekat rumah Suyanto di daerah Cengkareng.


Lalu, sampah tersebut dipilih dan dipisahkan berdasarkan jenisnya dengan mempekerjakan tiga orang karyawannya untuk membantu.


Setelah itu, ditimbang untuk didaur ulang kembali. Dari proses itulah, pundi-pundi Suyanto terkumpul.


Sejak awal 1995, usahanya terus berkembang sampai 1997. Dari pengolahan sampah tersebut, Suyanto meraup keuntungan sebesar Rp7 juta per bulannya. Dia kemudian dapat membeli truk sendiri hingga tak perlu menyewa lagi.


Namun, pada 1998 hingga 2003, Suyanto sempat mengalami krisis. Pada 1998, Suyanto dan keluarganya sempat ditipu oleh rekan bisnisnya.


Dia sampai tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkan anak pertamanya yang saat itu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).


Kebangkrutan itu tak membuat Suyanto putus asa. Dia terus menggeluti usaha pengolahan sampahnya seperti menjalaninya dari nol.


Usahanya pun berbuah manis. Pada 2004, Suyanto menemukan titik cerah. Hasil perjuangan, keseriusan, dan kerja kerasnya menggembirakan.


Usahanya semakin maju dari tahun ke tahun. Hingga 2014 ini, pendapatan per bulannya mencapai Rp80 juta dan memiliki 16 orang karyawan.

Usaha pengolahan sampah juga terdapat kendala. Suyanto mengaku, dia merasa kesulitan dalam mengatur karyawan.

Dia mengatakan, bahwa loyalitas karyawan sangat kurang. Padahal, sudah diberikan tempat tinggal dan gaji yang mencukupi setiap minggunya. Gaji karyawan seminggu sebesar Rp400 – Rp600 ribu di luar uang makan.


Pada tahun ini, Suyanto berencana akan meresmikan usahanya menjadi sebuah CV untuk dapat bekerja sama dengan PT Pantai Indah Kapuk. (asp)