Dari Batik "Gambir", Wanita Ini Raup Untung Ratusan Juta Rupiah
Kamis, 18 Juli 2013 - 06:23 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Yayuk, wanita pengusaha batik ini mengaku berhasil meraup pendapatan ratusan juta rupiah dari bisnisnya. Uniknya, dia menggunakan salah satu bahan dasar "nginang" atau menyirih yaitu gambir sebagai pewarna alami batik tulis buatannya.
"Modalnya berjalan sih Mbak, sekitar Rp1-2 juta. Kalau sekarang, pendapatan kotornya sebesar Rp500 juta per bulan," kata Yayuk kepada VIVAnews dalam acara "Gelar Batik Nusantara" di JCC Senayan, Jakarta, Rabu 17 Juli 2013.
Pemilik "Batik Gambir" ini mengaku telah memulai usahanya sejak 1980 dan berawal dari kesukaannya membatik. Saat itu, modalnya masih relatif kecil dan berasal dari koceknya sendiri dan dia hanya sanggup membuat satu dua lembar kain batik.
"Saya membuatnya 1-2 lembar kain. Kalau sudah jadi, ya dijual," kata dia.
Kini, dia tidak bisa menghitung berapa jumlah kain batik yang dia produksi. "Kalau sekarang, banyak," ujar Yayuk.
Wanita berlogat Jawa Tengah ini mengaku bahwa pada awalnya, dirinya membuat batik sogan, yaitu batik tradisional yang cenderung berwarna gelap. Namun, sekarang ini ia tidak terpaku lagi dengan corak batik itu.
"Saat ini, saya mengikuti tren pasar. Kalau pasar maunya batik berwarna cerah, ya, saya membuat batik yang berwarna cerah," kata dia.
Tentunya, dirinya mengerjakan pembuatan batik itu tidak sendirian. Wanita ini mengatakan bahwa ia mempekerjakan pembatik asal Sukoharjo, Jawa Tengah. "Ratusan pekerja dari Sukoharjo dan dari lingkungan sekitar kami," ungkapnya.
Gunakan Gambir
Pada awal memulai bisnisnya, wanita itu menggunakan tanaman gambir sebagai salah satu pewarna batiknya. "Gambir digunakan untuk mewarnai tanah (background), garis, corak, dan penyelesaian. Waranya abu-abu," kata dia.
Sebab, menurutnya, gambir mudah didapatkan di mana-mana. Toko tekstil juga menyediakan bahan tersebut. Biasanya, dia membelinya dalam bentuk kiloan. "Harga gambir sekilo itu Rp100 ribu," ujarnya.
Selain gambir, Yayuk juga menggunakan bahan-bahan alami lainnya seperti daun manggis untuk warna hijau, kulit manggis untuk warna coklatan, dan warna indigo untuk warna biru. "Kami juga menggunakan naptol (pewarna kimia) untuk warna-warna lainnya," kata dia.
Baca Juga :
Batik yang dia produksi itu bermacam-macam motifnya, yaitu berupa hewan, seperti kupu-kupu dan burung hantu, dan berupa tumbuhan seperti sulur-sulur dan bunga. Produknya berupa kain dan ada yang berupa pakaian. Harganya pun bermacam-macam.
"Kalau kain saja, harganya sebesar Rp300 ribu-Rp1 juta. Tapi, kalau baju itu harganya Rp500 ribu-Rp1 juta juga," jelas Yayuk.
Yayuk mengatakan bahwa produknya baru dipasarkan di daerah lokal, seperti Jakarta, Surabaya, Solo, dan Semarang. "Kami belum ekspor," kata dia.
Sementara itu, produknya dipamerkan di Rumah Batik Adibusana yang terletak di Jalan Mayor Achmadi No. 11, Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Untuk yang tidak bisa menjangkau tempat itu, tetapi ingin melihat-lihat "Batik Gambir" tidak perlu khawatir, Anda bisa berkunjung ke pameran batik di JCC Senayan, Jakarta.
Batik produksinya ada di stand nomor 88, yang berada di Cenderawasih Room. Namun, pameran ini hanya berlangsung pada 17-21 Juli 2013.