Antropolog AS: Atlantis yang Hilang Itu Mitos

Cover Buku Atlantis
Sumber :
  • Dok. Atlantis

VIVAnews -- Atlantis atau Atlas, kota berperadaban maju yang diungkap Plato dalam bukunya, "Timaeus" dan "Critias" menjadi misteri besar yang belum diungkap. Ia menjadi magnet bagi para pemburu jejaknya.

Seperti diungkap Plato dalam catatannya, Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules". Pulau berberadaban maju itu memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra. "Hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Sejumlah spekulasi pun bermunculan. Ada yang menyebut ia tenggelam di Kepulauan Mediterania, Gurun Sahara, Amerika Tengah, Antartika, Spanyol, bahkan Indonesia.

Namun, pertanyaan penting yang belum pasti terjawab adalah, benarkan Atlantis nyata ada atau sekedar cerita karangan Plato ?

Kenneth Feder, dosen antropologi Central Connecticut State University, New Britain, Amerika Serikat dengan lantang menyebut, Atlantis tidak ada. Hanya mitos.

"Tak ada bukti nyata, tak ada artefak, tak ada bangunan yang membuktikannya," kata Feder, seperti dimuat situs Hartford Courant. Feder juga menyampaikan hal yang sama dalam episode "The Truth Behind: Atlantis" yang akan ditayangkan National Geographic Channel 22 Desember 2011.

Namun, dia yakin, pendapatnya yang keras itu tak akan mengubah pendapat banyak orang yang punya keinginan mendalam menemukannya, dan percaya Atlantis itu ada. "Hanya beda tipis dengan agama, mereka (yang percaya) adalah Atlantis fundamentalis," kata dia. "Mitos Atlantis akan terus ada, tak akan hilang."

Pria 59 tahun asal New York tersebut mengatakan, orang-orang yang berusaha memberi sentuhan ilmiah pada Atlantis "membuatnya pusing". Padahal, dia menambahkan, Plato menyebut kota itu dalam "Timaeus" dan "Critias" sebagai contoh buruk.

"Yang orang katakan padamu, Atlantis adalah masyarakat yang sempurna, punya teknologi tinggi, tahu segalanya. Tapi, jika Anda membaca cerita aslinya, mereka sangat buruk, berwatak iblis," kata dia.

Feder berpendapat, dalam kisah Plato, Atlantis seperti kekaisaran (empire) dalam "Star Wars" -- berkuasa, canggih, namun berperilaku buruk. "Poin Plato adalah menceritakan kisah yang hebat untuk menyampaikan pesan moral," kata dia. "Bagaimana kejahatan itu akan musnah bahkan jika ia memiliki kekuasaan, kaya, dan tak terkalahkan."

Orang Yunani kuno, kata Feder, mengerti bahwa cerita Atlantis adalah dongeng untuk menyampaikan pesan moral. Tapi justru orang-orang masa kini yang menghubungkannya dengan kisah nyata.

Feder menambahkan, sejumlah koleganya tak habis pikir saat ia muncul di acara televisi -- dan buang-buang waktu untuk merespon klaim aneh.

Namun ia tak setuju. Feder menyatakan, kebenaran harus disampaikan. Dia menambahkan, bahwa benar ada masa lalu yang harus digali, ditelaah, daripada cerita-cerita 'sampah' seperti Stongehene atau lainnya.

Berbeda dengan Feder, sejumlah ilmuwan justru meyakini Atlantis benar ada. Salah satunya, fisikawan asal Brazil, Arysio Santos. Dalam buku yang berjudul “Atlantis the Lost Continents Finally Found”, Santos menggambarkan lokasi Atlantis di lokasi "the most volcanic region in the world" alias daerah paling banyak gunung berapinya.

Dengan hipotesa inilah, Santos menunjuk Indonesia. Pendapat Santos diperkuat hipotesa Stephen Oppenheimer, ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris -- yang mengungkap peradaban yang ada sesungguhnya berasal dari Timur, khususnya Asia Tenggara. (eh)