Makan Bersama Cegah Bulimia pada Anak
- inmagine
VIVAnews - Ada pepatah Jawa yang mengatakan 'mangan ora mangan asal ngumpul' dengan maksud agar keluarga makan bersama di meja makan. Selain memberikan pelajaran etika yang baik, ternyata pepatah ini juga memberikan dampak positif bagi kesehatan anak.
Sebuah penelitian menemukan bahwa anak remaja yang meluangkan waktu untuk makan bersama di meja makan mengurangi risiko adanya gangguan makan seperti bulimia, dan anorexia. Makanan yang disajikan pun akan cenderung habis. Selain itu, orangtua pun perlahan akan mengurangi kebiasaan merokok.
"Anak yang menginjak usia dewasa akan cenderung merasa risih berada dekat dengan orang tua mereka. Ketika harus makan bersama, mereka akan menyibukkan diri pada makanan mereka," ujar peneliti Barbara Fiese, dikutip dari Daily Mail.
Kesehatan anak akan terjaga, jika orangtua mampu mengajak anak mereka makan bersama di meja makan tiga kali seminggu. Hal ini dikemukakan setelah tim peneliti meninjau 17 penelitian dari pola makan dan gizi yang melibatkan 200 ribu anak dan remaja.
Tertulis dalam Journal Pediatrics, Barbara Fiese menemukan bahwa risiko kelainan makan akan berkurang sebanyak 35 persen pada remaja yang makan setidaknya lima kali seminggu dengan orang tua mereka.
Kelainan makan ini termasuk memuntahkan makanan yang sudah dimakan atau bulimia, mengonsumsi pil diet atau obat pencahar, melewatkan jam makan, makan sedikit, merokok untuk menurunkan berat badan.
Bahkan tiga kali makan bersama keluarga membantu remaja menurunkan risiko kelebihan berat badan sebanyak 12 persen dibanding mereka yang jarang makan bersama. Mereka juga 24 persen lebih cenderung mengonsumsi asupan bergizi dan memiliki kebiasaan makan yang baik dibanding mereka yang tidak.
Seorang profesor dari Universitas Illinois mengatakan keluarga yang makan bersama lebih terhubung dalam komunikasi termasuk komunikasi mengenai diet yang buruk dan berbahaya.
"Anak dan remaja yang memiliki kelainan makan akan mudah dideteksi
oleh orangtua sehingga mereka akan mengambil langkah untuk
menyehatkan kembali anak mereka," ujarnya.
Makan bersama juga menjadi waktu yang tepat bagi keluarga untuk
bertukar pikiran asal orangtua tidak memaksa atau menguasai alur
pembicaraan. Hal ini dapat membuat interaksi yang baik antar anggota
keluarga.
Sebelumnya, peneliti Amerika menemukan bahwa anak yang tidak mengikuti waktu makan bersama keluarga lebih cenderung menjadi anak yang nakal dan mudah terjerumus dalam pergaulan bebas. (umi)