Kisah di Balik Sepatu Legendaris Clarks

Jessica Parket bergaya dengan Clarks (kiri) koleksi sepatu Clarks (kanan)
Sumber :

VIVAnews - Di tengah tren sepatu high heels dan flat, boot menyelinap melalui penampilan kaki sejumlah pencinta fashion. Terlepas berbagai modifikasi yang tercipta, penggemar boot tentu tak akan abai dengan sepatu klasik rancangan Nathan Clark: Clarks Desert Boots.

Nathan Clark yang tutup usia pekan lalu, mengawali penciptaan boot legendaris itu dari sebuah kamp militer di Inggris, pada 1940-an, seperti dikutip dari Daily Mail.

Bermula pada 1941, saat Nathan menjabat sebagai perwira di Royal Army Service Corps. Ide merevolusi alas kaki masyarakat setempat tiba-tiba muncul di kepalanya. Kebetulan ia termasuk klan pengusaha sepatu ternama, Clarks.

Ia terus mengembangkan idenya. Selama memperkuat pasukan di Burma, ia membuat catatan kecil tentang alas kaki tentara setempat yang terlihat sangat natural. Ia rupanya menyanggupi permintaan kakaknya untuk mengumpulkan informasi seputar alas kaki selama perjalanan militer ke berbagai negara.

Sekitar 1944, Nathan yang tengah menempuh pendidikan di Staff College mulai merealisasikan idenya dengan mencipta desain sepatu boot berbahan suede coklat. Ia lalu menyempurnakan desain itu dalam perjalanan militer berikutnya ke Kashmir.

Setelah merasa cukup puas, Nathan segera mengirim desain dan pola kasar sepatu itu ke kakaknya. Tapi, ditolak. Bahkan, seorang pejabat komite pengawas barang-barang mengatakan kepada dewan perusahaan bahwa sepatu tersebut tidak akan terjual.

Tak gentar, Nathan nekat memotong sendiri polanya demi membuat prototipenya. Dengan kapasitasnya sebagai Overseas Development Manager di perusahaan itu, ia lalu menunjukan prototipe boot kepada Oscar Schoeffler, seorang fashion editor dari Esquire.

Majalah tersebut memajang cerita dan gambar dari desain boot karyanya. Sontak, sepatu itu menjadi sepatu terlaris pada masa itu. Lebih dari 10 juta sepatu terjual di 100 negara. Sepatu yang dikenal dengan 'world most travelled shoes' ini termasuk sebagai 15 sepatu yang mengubah dunia versi Museum Desain pada 2009.

Sejumlah pesohor memakainya. Vokalis Oasis, Liam Gallagher, mulai memakainya pada tahun 1990-an. Sejak saat itu, Liam bahkan tidak menggunakan merek sepatu lain, selain Clark. Tidak mau kalah, Bob Dylan, Robbie Williams pun memiliki koleksi Desert Boots serupa. Pada 1999, Tony Blair juga terlihat menggunakannya.

Berasal dari ranah militer, bukan berarti tidak dapat mempercantik kaki wanita. Karena kenyamanan, kekuatannya, dan modelnya yang unik, bintang Sex And The City, Sarah Jessica Parker pun tergila-gila dengan sepatu ini.

Dalam dekade terakhir, model sepatu telah menghasilkan keuntungan £100 juta atau sekitar Rp1,3 triliun. Bahkan, tak terhitung lagi seberapa banyak rumah mode yang mengimitasi sepatu itu, termasuk sejumlah produsen sepatu di Indonesia. (eh)