Bahan Baku Restoran Jepang Banyak Diimpor
VIVAnews - Pasokan bahan baku menu masakan di restoran Jepang ternyata tetap normal, kendati ada pengetatan impor dari beberapa negara paska bencana gempa bumi dan tsunami di Negeri Sakura itu. Sebagian besar bahan baku restoran didatangkan dari berbagai negara, termasuk Jepang.
Supervisor di salah satu restoran Jepang di Plaza Semanggi, Hikmah, mengatakan, order bahan baku untuk menu restoran masih lancar hingga saat ini.
"Kami meng-order untuk kebutuhan mingguan. Sampai sekarang masih lancar, mungkin di kantor distribusi pusat masih memiliki persediaan," kata Hikmah saat ditemui VIVAnews.com di Jakarta, Selasa, 29 Maret 2011.
Restoran Jepang ini menyajikan menu-menu asal Negeri Sakura seperti yakiniku atau daging panggang, ramen atau sejenis mi dan yaki sen.
Hikmah menuturkan, sebagian bahan baku makanan di restoran diimpor dari beberapa negara. Misalnya, daging sapi, ayam, dan babi didatangkan dari Australia dan Amerika. Adapun impor dari Jepang di antaranya sayuran seperti paprika, lobak Jepang, timun Jepang, bawang merah (negi), dan bawang putih (ninniku).
Ada juga bahan baku mentah dan kering seperti telur ikan (tobiko), ikan kering serpih (katsuobosh), rumput laut (nori), mi basah atau udon, ubi konyaku, berbagai jenis jamur, dan bahan minuman seperti ocha serta sake.
Hikmah melanjutkan, bumbu-bumbu dan saos restoran pun banyak yang mesti didatangkan dari Negari Matahari Terbit ini. "Makanan Jepang memiliki ciri khas rasa yang tajam dan ekstrem, seperti rasa asin atau asam. Jadi, memang harus diimpor dari sana (Jepang)."
Beberapa saus yang harus didatangkan dari Jepang misalnya saus asin (shio), asam (tare), kecap asin, dan mayones.
Bahan baku aman hingga sekarang, menurut dia, karena kantor pusat restoran waralaba yang memiliki empat gerai di Jakarta itu belum memberikan informasi apa pun.
Sementara itu, meski ada informasi kekhawatiran terkena radiasi, Hikmah mengatakan kunjungan ke restoran tempat dia bekerja relatif normal. Waktu ramai pengunjung restoran saat makan siang dan makan malam.
"Pengunjungnya bisa mencapai ratusan setiap hari. Tetapi tergantung waktunya juga. Kadang-kadang sepi," ujarnya. (art)