Telkom: Idealnya, Cukup Empat Operator

Ilustrasi Menara BTS.
Sumber :
  • flickr.com

VIVAnews - Penyedia layanan telekomunikasi Indonesia akan mengalami konsolidasi dalam waktu dekat. “Industri mengalami fierce competition, dari sisi revenue hanya single digit, konsolidasi itu akan terjadi,” kata Rudi Antara, Komisaris PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. di Jakarta, Rabu, 16 Maret 2011.

Rudi mengatakan tahun ini pertumbuhan revenue industri telekomunikasi hanya sebesar 4,5-5 persen. Menurut dia, idealnya operator yang beroperasi di Indonesia hanya empat saja. “Tidak ada ruang untuk operator kelima di Indonesia,” katanya.

Tingkat penetrasi industri telekomunikasi di Indonesia, Rudi memperkirakan, mencapai 84,3 persen atau 204,8 juta kartu SIM. Angka ini naik delapan persen dibandingkan tahun 2009 dengan tingkat penetrasi 76,3 persen dari total penjualan 183,27 juta kartu SIM.

“Kondisi ini, menuntut adanya tingkat inovasi dan konsolidasi dari industri telekomunikasi,” ucap Rudi.

Sementara itu, Hasnul Suhaimi, Direktur Utama PT Excel Axiata, Tbk. mendorong agar operator telekomunikasi dapat bekerja sama guna menekan biaya. “Di marketing boleh kita saling bersaing, tapi di teknologi, kita harus bekerja sama,” ucapnya.

Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menjelaskan persaingan yang sehat pada industri dapat meningkatkan pertumbuhan yang lebih stabil. Sebagai informasi, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah operator terbanyak, yakni 11 operator.

Menurut Rinaldi, semakin banyak produk dan layanan yang ditawarkan operator kepada pelanggan dapat mendorong percepatan pertumbuhan industri. “Di era konvergensi, transformasi ini tengah kami bangun melalui platform bisnis baru berbasis TIME,” kata Rinaldi. TIME adalah Telecommunication, Information, Media, dan Edutainment.

Menurut data Ericsson, penyedia jaringan telekomunikasi global, dalam kurun waktu sembilan tahun, sebanyak 50 miliar perangkat akan terhubung dengan Internet.

“Pemanfaatan internet dilakukan dengan tiga cara oleh masyarakat antara lain first wave network consumer electronics, network industry, dan network society,” kata Rinaldi. “Menuju koneksi 50 miliar perangkat ke dunia maya dibutuhkan mobility, broadband, dan cloud.” (kd)