Tips Memilih Air Minum dalam Kemasan yang Aman

Ilustrasi minum air.
Sumber :
  • Pexels/Lisa Fotios

VIVA – Mungkin orang zaman dahulu tidak pernah membayangkan, bahwa di masa depan akan ada air minum dalam kemasan yang dijual secara massal. Tentunya, dibutuhkan standar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan terkait kualitasnya supaya aman dikonsumsi.

Meski sudah diproses dengan tata cara sesuai dengan aturan kesehatan, namun ada kalanya AMDK tidak layak dikonsumsi karena beberapa hal. Contohnya, sumber mata air yang dipilih.

Air mineral berkualitas baik berasal dari sumber air bawah tanah atau mata air pegunungan yang mengandung mineral alami. Cairan ini mengandung beragam mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh, seperti kalsium, kalium, natrium, fluoride, dan magnesium.

Idealnya, air mineral kemasan sudah diolah dengan teknologi canggih, sehingga kandungan mineralnya tetap terjaga dan tidak terkontaminasi oleh kuman maupun bahan kimia berbahaya.

Konsumen juga harus memperhatikan bahwa produk air minum yang dikonsumsi telah mendapat izin edar dari BPOM serta Halal oleh LPPOM MUI. Kondisinya juga harus baik, tidak bocor, masih tersegel dengan rapat, dan terlindungi dari paparan sinar matahari langsung.

Kemasan yang rusak bisa menandakan produk tersebut sering terpapar suhu panas dalam jangka waktu lama atau bahkan terpapar zat kimia berbahaya, sehingga kualitas air dan keamanannya tidak lagi terjamin.

Terkait mikroplastik, hal tersebut merupakan isu yang sedang diamati perkembangannya. Mikroplastik adalah plastik berukuran kurang dari 5 milimeter dan menjadi polutan paling mudah ditemukan di manapun, hingga dalam bentuk debu.

Hasil studi yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2019, menyatakan bahwa ambang batas aman kandungan penyerapan mikroplastik >150?m (mikrometer) cenderung akan diekskresikan oleh tubuh melalui feses.

Studi menjelaskan, potensi bahaya terkait mikroplastik terbagi menjadi tiga bentuk, yakni partikel fisik, bahan kimia, dan patogen mikroba, sebagai bagian dari biofilm.

Baru-baru ini, Greenpeace dan laboratorium kimia anorganik Universitas Indonesia melakukan uji terhadap sampel galon sekali pakai yang beredar di kawasan Jabodetabek. Hasilnya ditemukannya kandungan mikroplastik dalam sampel ukuran 15 liter sebanyak 85 juta partikel per liter atau setara dengan berat 0,2 mg/liter.

Meski temuan itu tidak melebihi batas aman yang diberikan oleh WHO, namun bila dikonsumsi dalam jangka panjang bisa berpotensi berisiko tinggi bagi kesehatan manusia.

Peneliti sekaligus dosen di Departemen Kimia FMIPA UI, Dr Agustino Zulys menjelaskan bahwa pihaknya baru melakukan penelitian di kemasan galon sekali pakai berbahan PET saja.

“Kemungkinan pada galon isi ulang juga ada. Tapi, itu kan belum ada penelitiannya di laboratorium, jadi masih praduga saja,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Selasa 28 September 2021.