Mata Air Juga Mengandung Mikroplastik
- Pixabay/Bernd
VIVA – Orang zaman dahulu tidak pernah membayangkan, bahwa anak cucu mereka di masa depan harus membeli air untuk keperluan sehari-hari. Zat cair tersebut saat ini sudah menjadi komoditas, yang dijual dalam berbagai kemasan.
Para produsen air kemasan mendapatkan pasokan dari mata air yang ada di pegunungan. Sumber ini dipercaya sebagai yang paling murni dan bersih, ketimbang air yang mengalir di area lain.
Namun, penelitian Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan Greenpeace menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan. Sampel air yang diambil dari sumber semuanya mengandung mikroplastik, dengan ukuran berkisar antara 3,20 hingga 66,56 mikrometer.
Dr Agustino Zulys dari Universitas Indonesia mengatakan, bahwa kandungan mikroplastik tersebut sama banyaknya dengan yang ada di dalam air dalam kemasan galon sekali pakai.
“Analisis karakterisasi terhadap mikroplastik yang terkandung dalam sampel menunjukkan, bahwa mayoritas bentuk partikel mikroplastik adalah fragmen dengan ukuran yang berkisar antara 2,44 hingga 63,65 mikrometer,” ujarnya saat konferensi pers, dikutip Kamis 23 September 2021.
Sementara itu, Dokter spesialis saraf, dr Pukovisa Prawirohardjo dalam acara yang sama menyampaikan bahwa belum ada satu penelitian yang menjelaskan dampak positif mikroplastik untuk kesehatan.
“Yang ada itu, kekhawatiran terhadap dampak negatif dari mikroplastik. Karenanya, diperlukan revisi kebijakan terkait batas aman dari mikroplastik ini bagi kesehatan manusia,” tuturnya.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tubagus Haryo Karbyanto menyarankan agar temuan ini disampaikan kepada pembuat kebijakan terkait, yaitu Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk memperketat batas aman dari kandungan mikroplastik.
“Meskipun temuan mikroplastik dalam sampel tidak melebihi batas aman yang diberikan oleh WHO, namun bila dikonsumsi dalam jangka panjang bisa berpotensi berisiko tinggi bagi kesehatan manusia,” ungkap Agustino.