Lonjakan Kasus Baru Covid-19 di Beijing, Benarkah akibat Ikan Salmon?

Getty Images.
Sumber :
  • bbc

Kasus virus corona (Covid-19) di Beijing mengalami lonjakan dalam sepekan terakhir - sebagian besar terkait dengan pasar makanan grosir di kota itu. Media pemerintah mengatakan virus ini ditemukan pada talenan yang digunakan untuk ikan salmon impor, di pasar Xinfadi.

Temuan ini memicu ketakutan seluruh kota. Supermarket dan restoran di seluruh Beijing segara menarik seluruh ikan salmon dari rak-rak mereka, dan impor ikan salmon dari Eropa dihentikan.

Rabu (17/06) kemarin, pria 22 tahun yang diketahui bekerja membersihkan makanan laut beku - telah positif terinfeksi virus di Tianjin, dekat Beijing.

Namun, Pusat Pengendalian Penyakit China (CDC) mengatakan bahwa tidak mungkin ikan salmon membawa virus.

Jadi bagaimana dan kenapa kepanikan ini bisa muncul?

Apa yang terjadi di pasar?

Getty Images
Pasar Xinfadi di Beijing

Pekan lalu, Beijing melaporkan kembali kasus pertama Covid-19 setelah 57 hari mencatat tidak penularan melalui transmisi lokal.

Sejak saat itu, sebanyak 150 kasus telah terkonfimasi - kebanyakan mereka yang terinfeksi memiliki keterkaitan dengan pasar grosir terbesar di kota itu.

Pasar Xinfadi memasok 80% sayuran dan daging di Kota Beijing, dan dibeli oleh puluhan ribu orang tiap harinya.

Tidak seperti pasar di Wuhan, tak ada bukti perdagangan hewan liar di pasar Xinfadi.

Menurut laporan, hasil penelusuran menunjukkan sumber virus ditemukan di sebuah talenan yang digunakan oleh penjual ikan salmon impor.

Namun, 40 sampel dari pasar yang positif virus corona - beberapa tidak berasal dari talenan yang yang biasa digunakan untuk memotong ikan salmon, kata juru bicara Komisi Kesehatan Kota Beijing.

Dapatkah ikan Salmon menjadi sarang virus?

Sangat tidak mungkin.

Seorang pejabat dari Pusat Pengendalian Penyakit Chinda mengatakan tak ada bukti bahwa ikan salmon bisa menjadi sarang virus - atau bahkan inang perantara bagi virus.

Wakil direktur pusat tanggap darurat CDC, Shi Guoqing, mengatakan tak ada jejak virus pada salmon sebelum ikan ini sampai di pasar - menunjukkan virus tersebut ada di pasar, bukan dari salmon itu sendiri.

Dan para ahli setuju.

"Virus harus tergantung dari reseptor viral pada permukaan sel inang untuk menginfeksi sel-sel. Tanpa reseptor tertentu, mereka tak dapat masuk ke dalam sel dengan baik," kata virolog dari Universitas Tsinghua, Cheng Gong kepada CGTN.

"Semua bukti yang sejauh ini diketahui menunjukan bahwa reseptor ini hanya ada pada mamalia, bukan ikan."

Namun demikian, kepala epidemilog CDC, Wu Zunyou mengatakan ikan tak dapat terpapar virus di habitat alami mereka - tapi, ada kemungkinan ikan-ikan terkontaminasi virus dari manusia yang bekerja selama proses penangkapan dan saat ikan dalam pengiriman.

Secara umum, masih belum jelas dari mana sumber asli - atau dari mana kemungkinan asal virus corona, meskipun Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tak dapat ditularkan melalui makanan dan minuman pada manusia.

"Virus corona tak dapat berkembang di dalam makanan; mereka membutuhkan hewan atau manusia sebagai inang untuk berkembang biak," sebut dokumen dari badan kesehatan dunia.

Ini juga dikatakan "sangat tidak mungkin" bahwa virus dapat menyebar melalui kemasan makanan.

Akankah berdampak terhadap perdagangan ikan salmon?

China mengimpor sebanyak 80.000 ton potongan daging dan salmon beku tiap tahun dari sejumlah negara seperti Cile, Norwegia, Kepulauan Faroe, dan Australia, berdasarkan laporan Global Times.

Kasus Covid-19 tidak terlalu tinggi di negara-negara ini, dan Norwegia mengatakan salmon yang diyakini menjadi sumber virus di China, bukanlah milik mereka. Hal ini disampaikan produsen salmon di Norwegia mengetahui ada pembatalan pemesanan pada akhir pekan lalu.

Namun, negara-negara lainnya tidak terpengaruh kepanikan ikan salmon di Beijing.

Pusat Keamanan Makanan Hong Kong mengkonfirmasi bahwa 16 sampel salmon impor dari Cile, Islandia, dan Denmark, seluruhnya negatif dari virus corona.

Antrean panjang di restoran sushi juga masih terjadi di kota ini.

Sementara itu, Agen Makanan Singapura juga mengatakan tak ada bukti bahwa virus dapat berpindah melalui makanan atau bahkan kemasan makanan - meskipun mengatakan akan memantau "perkembangan di area ini"