Jika Efektif, New Normal Dongkrak Ekonomi RI Kuartal III-IV 2020
VIVA – Kondisi perkembangan nilai tukar rupiah mulai menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada April dan Mei 2020. Hal itu seiring meredanya kepanikan pasar keuangan global terhadap pandemi covid-19.
Sampai dengan akhir Mei 2020 kemarin, rupiah terapresiasi 10,4 persen dibandingkan akhir Maret lalu, meskipun masih tercatat melemah sekitar 5,4 persen dibandingkan dengan akhir tahun lalu.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah itu didorong oleh kembali masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik, usai ditempuhnya berbagai kebijakan akomodatif di banyak negara untuk memitigasi dampak pandemic covid-19, termasuk Indonesia.
"Dengan mulai stabilnya pasar keuangan global yang dipengaruhi oleh kebijakan negara maju, yang sudah mulai membuka kembali perekonomiannya, nilai tukar rupiah berpotensi akan kembali menguat," kata Josua saat dihubungi VIVANews, Selasa 2 Juni 2020.
Sementara, dengan rencana New Normal yang diberlakukan pada aspek perekonomian Indonesia, di satu sisi akan berdampak positif bagi aktivitas ekonomi yang dalam tiga bulan terakhir cenderung lumpuh baik dari sisi produksi dan konsumsi.
Namun, kata dia, New Normal tersebut diharapkan tetap konsisten dengan upaya pemerintah, untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 di Indonesia.
Selain itu, lanjut Josua, pemerintah juga perlu memitigasi risiko dari gelombang kedua covid-19, yang berpotensi terjadi kedepannya. Sehingga, pemulihan ekonomi Indonesia tidak terhambat kembali oleh adanya peningkatan kasus pada gelombang kedua, dan pemulihan ekonomi Indonesia juga akan lebih cepat.
Terkait dengan penerapan tatanan New Normal itu sendiri, para pelaku usaha seluruh sektor diharapkan menyiapkan tata pelaksaan protokol kesehatan bagi aktivitas usaha di lingkungan kerjanya masing-masing, sehingga aktivitas usaha tetap produktif.
Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi kuartal II diperkirakan kontraksi sekitar -2 persen hingga -3 persen. Jika tatanan new normal berjalan dengan optimal, maka pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV diperkirakan akan berangsur membaik, namun masih terbatas seiring dengan kondisi daya beli masyarakat yang masih lemah.
Oleh sebab itu, Josua memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada semester II-2020 diperkirakan berkisar 0 hingga 1 persen, sehingga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 diperkirakan berkisar -1 persen hingga 1 persen.
Josua menjelaskan, pemulihan perekonomian Indonesia akan mampu lebih cepat dibanding dengan mayoritas negara tetangga, apabila penyesuaian konsumsi rumah tangga dapat terakselerasi dengan baik.
Hal yang dapat dilakukan pemerintah di antaranya ialah memberikan tambahan bantuan sosial untuk aspiring middle-class (golongan menengah), agar tingkat konsumsi masyarakat usai pandemik cenderung terjaga khususnya bagi mereka yang terkena PHK.
"Setelah perusahaan mampu untuk menyerap tenaga kerja kembali, bantuan dapat secara perlahan dicabut. Sehingga, di jangka pendek hingga menengah, tingkat konsumsi akan cenderung stabil," ujarnya.