Efek Krisis Virus Corona: Thai Airways akan Dilaporkan Bangkrut

Imago/Rüdiger Wölk
Sumber :
  • dw

Induk perusahaan Thai Airways, Thai Airways International Pcl, akan dilaporkan bangkrut ke pengadilan, kata juru bicara pemerintah Thailand Narumon Pinyosinwat hari Senin (18/5). Dia menjelaskan, langkah penyelamatan yang tadinya dirancang untuk maskapai nasional Thailand itu ternyata akan makan waktu terlalu lama. Itu sebabnya Thai Airways lebih dulu alan didaftarkan bangkrut.

Rancangan baru untuk penyelamatan Thai Airways melalui prosedur kebangkrutan akan diajukan ke kabinet hari Selasa (18/5) untuk disetujui, kata Narumon Pinyosinwat. Namun dia tidak menerangkan lebih jauh, bagaimana rancangan langkah penyelamatan yang baru.

Sebelumnya Thai Airways mengatakan perlu dana sekitar 58 miliar baht, atau senilai 1,8 miliar dolar AS, untuk melakukan restrukturisasi. Namun pemerintah Thailand sekarang mengatakan, prosedur itu terlalu lama.

Prosedur kebangkrutan lewat pengadilan di Thailand memungkinkan perusahaan terus beroperasi, di bawah pengawasan pengadilan atau orang yang ditugaskan pengadilan.

Semua maskapai alami masa sulit

Semua maskapai penerbangan mengalami kesulitan keuangan akibat kebijakan lockdown dan pembatasan untuk meredam penyebaran virus corona. Maskapai terbesar Jerman Lufthansa saat ini sedang menegosiasikan dana penyelamatan senilai 9 miliar euro untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19.

Komisi Eropa awal Mei menyetujui penyaluran dana dari pemerintah Prancis dan Belanda senilai 7 miliar euro untuk menyelamatkan maskapai Air France-KLM. Lufthansa dan Air France-KLM mengatakan, lalu-lintas penerbangan mereka anjlok sampai 95 persen selama wabah corona.

Lufthansa sekarang mulai memperbanyak penerbangan seiring dengan kebijakan pelonggaran di Jerman. Air France menargetkan untuk memulihkan sekitar 600 penerbangan per minggu ke 110 tujuan pada pertengahan Juni nanti, jika pembatasan perjalanan dilonggarkan. Saat ini Air France-KLM mengoperasikan 200-300 penerbangan per minggu ke 43 tujuan.

Pengurangan staf dan jumlah penerbangan

Pengamat mengatakan, melalui proses kebangkrutan lewat pengadilan, pemerintah Thailand mungkin akan mengambil alih saham Thai Airways sampai hampir 50 persen. Selain itu, opsi penyelamatan juga akan mengarah pada pengurangan staf, armada, dan penerbangan.

Thai Airways selama ini memang terus mencatat kerugian. Pada 2019 tercatat kerugian sekitar 374,3 juta dolar, dan 362 juta dolar pada 2018. Media Thailand mengatakan, Thai Airways masih harus menanggung beban utang sekitar 9,4 miliar dolar AS.

Thai Airways menghentikan penerbangan pada awal April, setelah Thailand memberlakukan lockdown ketat untuk meredam penyebaran virus corona. Hampir semua stafnya dirumahkan dengan bayaran gaji yang sangat berkurang. Pemerintah Thailand minggu lalu memperpanjang larangan kedatangan penumpang internasional sampai akhir Juni 2020. hp/vlz (rtr, ap)