Fitur Kartu Kredit yang Tampak Menguntungkan Tapi Bisa Menjerumuskan

Ilustrasi kartu debit/kredit
Sumber :

VIVA – Jumlah peminat kartu kredit terus bertambah setiap hari. Penyebabnya tak lain karena perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin maju dan modern, yang menuntut tingkat kepraktisan tinggi untuk urusan bertransaksi.

Sebab, transaksi yang semakin praktis dapat menghemat banyak waktu dan tenaga. Cukup dengan sekali gesek, maka transaksi dianggap lunas dan barang yang dibeli bisa langsung dibawa pulang.

Tidak hanya itu, bank kerap memberikan tawaran dan fitur menarik kepada pengguna kartu kredit. Tapi, tidak semua tawaran dan fitur ini menguntungkan.

Ada beberapa yang sekilas menguntungkan, tapi sejatinya justru merugikan terutama kalau tidak dimanfaatkan secara maksimal. 

Apa sajakah itu? Simak ulasannya berikut ini seperti dikutip dari Cermati.com, pada Selasa 10 Maret 2020:

1. Cicilan nol persen bikin sulit menahan keinginan untuk belanja

Ke mana pun Anda meminjam uang, Anda akan dikenakan biaya bunga dengan jumlah yang sangat bervariasi, tergantung dari besarnya pinjaman dan jangka waktu pelunasan pinjaman.

Tapi dengan adanya kartu kredit, Anda tidak perlu lagi membayar biaya bunga dan bebas menikmati cicilan 0 persen asalkan jangka waktu pelunasan pinjaman tidak melebihi masa berlaku cicilan 0 persen tersebut.
 
Apabila bunga 0 persen berlaku untuk cicilan selama dua tahun, maka Anda harus memastikan kalau cicilan sudah lunas tepat dua tahun agar Anda terbebas dari bunga. Apabila cicilan dilunasi lebih dari dua tahun, Anda pun akan dikenakan bunga dalam jumlah tertentu untuk kelebihan masa waktu pelunasan.
 
Saat ini, fitur cicilan 0 persen bisa dinikmati hampir di seluruh merchant termasuk marketplace dan online shop yang ada di Indonesia. Anda bisa memanfaatkan fitur ini untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan tanpa harus menyiapkan uang tunai dalam besar.

2. Boleh bayar tagihan minimum bikin utang cepat lunas

Tidak sanggup membayar cicilan kartu kredit yang terlalu besar? Tidak perlu khawatir, Anda bisa membayar cicilan minimumnya saja yaitu 10 persen dari total cicilan setiap bulan.

Kalau nanti sudah punya uang, Anda bisa membayar cicilan yang belum dibayarkan pada bulan lalu dengan jumlah yang lebih besar. Menarik, bukan? Hanya saja, Anda perlu meminimalisir penggunaan fitur yang satu ini. 

Apabila pembayaran minimum terus dilakukan, yang ada cicilan Anda tidak akan pernah lunas sampai kapan pun. Selain itu, total cicilan yang dibayarkan setiap bulan juga ikut bertambah karena meningkatnya tingkat suku bunga bank. 

Sesekali boleh, tapi jangan sampai keterusan. Ingat dampak buruknya bagi kondisi finansial Anda di masa mendatang nanti.

3. Promo dan diskon besar-besaran bikin terus ingin belanja

Promo dan diskon kartu kredit diibaratkan parasit pada tumbuhan induk, keduanya melekat kuat dan sulit dipisahkan. Hadirnya fitur ini tentu dapat mengurangi pendapatan dalam jumlah yang cukup lumayan.

Total belanja yang tadinya Rp600 ribu bisa hanya Rp500 ribu saja berkat promo dan diskon yang diberikan oleh merchant yang bekerja sama dengan bank penerbit kartu kredit. Akan tetapi, kehadiran fitur ini dapat meningkatkan nafsu belanja.

Anda yang tadinya tidak ingin berbelanja mendadak ingin belanja karena promo buy 1 get 1 yang ada di supermarket. Coba bayangkan kalau seperti ini terus, maka penggunaan kartu kredit menjadi tidak terkendali lagi.

Agar kartu kredit memberi keuntungan maksimal, coba pilah-pilah promo dan diskon mana yang paling sesuai dengan kebutuhan. Ingat ya, sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan Anda.

4. Tawaran ‘Reward’ yang bervariasi bikin ingin terus transaksi

Selain diskon dan promo, bank juga menawarkan fitur penukaran reward bagi pengguna kartu kredit. Reward bisa didapatkan dengan menukarkan poin.

Poin ini diperoleh secara otomatis dari setiap aktivitas atau transaksi yang Anda lakukan menggunakan kartu kredit. Semakin banyak Anda menggesek kartu kredit, maka semakin banyak poin yang bisa dikumpulkan.

Reward yang ditawarkan tidak hanya satu, tetapi bervariasi sesuai dengan kebijakan bank pada kurun waktu tertentu. Adanya reward akan memberi Anda peluang untuk mendapatkan suatu barang secara cuma-cuma atau gratis.

Akan tetapi, reward yang ditawarkan juga dapat menjerumuskan finansial. Reward membuat Anda semakin berambisi mengumpulkan poin, sehingga banyak pengeluaran yang terjadi di luar dugaan dan estimasi Anda.

5. Menambah limit kapanpun bisa bikin selalu ingin beli barang mahal

Tidak ada satu orang pun yang nampaknya sanggup menolak tawaran menaikkan limit dari pihak bank. Hal yang sangat wajar karena dengan bertambahnya limit, Anda semakin bisa memuaskan hasrat untuk berbelanja tanpa memikirkan harga barang. 

Misalnya, harga suatu barang mencapai Rp10 juta, tetapi dengan limit kartu yang besarnya mencapai Rp15 juta, Anda bisa membeli barang tersebut tanpa harus pikir panjang. 

Kondisi sebaliknya apabila limit kartu kredit hanya Rp8 juta saja. Tetapi, limit yang besar sering membuat kalap belanja dan lupa diri. Anda tidak memikirkan cicilan yang harus dibayarkan setiap bulan. Akibatnya, kondisi finansial sering tidak stabil atau bahkan bobrok karena limit kartu kredit yang terlalu besar.

6. Sistem tarik tunai layaknya kartu debit

Ingin membeli suatu barang tapi lupa membawa uang tunai? Selagi kartu kredit ada di tangan, hal ini tidak perlu diambil pusing. Anda bisa menggunakan kartu kredit untuk membayar barang yang diinginkan. 

Jika pembayaran kartu kredit tidak tersedia, Anda masih bisa melakukan tarik tunai layaknya kartu debit pada umumnya. Tarik tunai bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun selagi uang yang ditarik tidak melebihi limit kartu kredit. 

Tapi, Anda perlu tahu kalau fitur tarik tunai ini tidak gratis. Setiap penarikan tunai akan dikenakan biaya sebesar 4 persen dari total uang yang ditarik. Belum ditambah dengan bunga utang yang persentasenya bisa mencapai 3 persen per bulan.
 
Jika dipikir-pikir, fitur ini dapat merugikan Anda secara finansial, terutama untuk penarikan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, Anda perlu memikirkannya secara matang sebelum mengambil tindakan.